TEMPO.CO, Bogor - Presiden Joko Widodo meminta PT Perkebunan Nusantara menyiapkan lahan setidaknya 10 ribu hektare untuk pengembangan komoditas buah Nusantara. Menurut Jokowi, 10 ribu hektare merupakan jumlah yang kecil dibanding total luas lahan PTPN.
"Dari dulu menanam karet, kopi, sawit, dan teh. Tidak ada PTPN yang memikirkan buah-buahan," ujarnya dalam acara pembukaan Festival Buah dan Bunga Nusantara di kampus Institut Pertanian Bogor, Baranangsiang, Bogor, Sabtu, 28 November 2015.
Presiden Jokowi, saat memberikan sambutan, mengatakan Indonesia membutuhkan gerakan revolusioner untuk buah Nusantara sekaligus mengimbangi buah impor yang membanjiri pasar dalam negeri.
Menurut Presiden, lahan seluas itu nyaris tak ada artinya bagi PTPN yang memiliki penguasaan lahan hingga ratusan ribu sampai jutaan hektare. “Saya tidak ingin menunjuk buahnya yang ditanam harus apa, tapi hektare yang disampaikan agar bisa dikerjakan secara profesional," katanya.
Ia juga meminta PTPN tidak hanya menjual dalam bentuk mentah, tapi juga menyiapkan industrinya, misalnya pengembangan jeruk harus pula diikuti pembuatan industri jusnya.
Menurut dia, tidak sekadar budi daya yang diurus, tapi juga pasar serta pascapanen yang harus disiapkan agar kontinuitasnya terjaga.
Ia mencontohkan, di suatu daerah ada yang mengembangkan pepaya secara besar-besaran dengan kualitas yang bagus. Tapi, karena pasarnya tidak disiapkan, hanya dalam dua atau tiga kali panen tidak ada lagi keinginan petani mengembangkan komoditas tersebut.
Sebelumnya, sejumlah PTPN membacakan Ikrar Buah Nusantara bersama sejumlah bupati/wali kota untuk berkomitmen mengembangkan buah Nusantara seluas 500 ribu hektare.
Presiden menegaskan perlunya mendorong produksi buah Nusantara dan pada saat yang sama mendorong konsumsi per kapita buah sekaligus mengedukasi generasi muda untuk menyukai buah.
Jokowi menyambut ide gerakan Revolusi Oranye, yang merupakan ide IPB yang disampaikan Rektor IPB Herry Suhardiyanto. Presiden lantas menunjuk Institut Pertanian Bogor menggelar Festival Buah dan Bunga berskala besar tahun depan.
Presiden Jokowi meminta festival tersebut turut menghadirkan pembeli kelas internasional. "Saya kerahkan kedutaan untuk menghadirkan pembeli potensial di negara masing-masing, tanggung jawabnya IPB, jangan sampai ganti orang," ujarnya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik tahun 2013, impor buah Indonesia mencapai 502,3 ribu ton dengan nilai US$ 647,3 juta untuk buah segar dan kering serta 27,7 ribu ton dengan nilai US$ 46,9 juta.
TIKA PRIMANDARI | ANTARA