TEMPO.CO, Bandung - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2015-2020 Rosan Perkasa Roeslani mengatakan bakal mendorong upaya hilirisasi dari sektor minyak sawit. Pasalnya, potensi minyak sawit di Indonesia sangat besar sekali guna menyokong pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
"Tentunya seperti kita ketahui bersama bahwa kita adalah CPO (crude palm oil) terbesar di dunia bersama-sama dengan Malaysia. Menurut saya mutlak kita harus melakukan hilirisasi," kata Rosan, seusai Musyawarah Nasional ke-VII Kadin di Hotel Trans Luxury, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Selasa, 24 November 2015.
Menurut Rosan, jika minyak sawit mentah yang dihasilkan Indonesia terus diekspor tanpa ada upaya peningkatan hilirisasi dengan menciptakan industri pengolahan kelapa sawit mentah, kemajuan sektor minyak sawit menjadi sangat sulit. Padahal, dengan menggenjot upaya hilirisasi, sektor minyak sawit bakal mampu memberi nilai tambah yang cukup besar.
"Produk turunan dari CPO sangat banyak dan itu akan menghasilkan nilai tambah kepada produksi kita juga," ujar Chairman Grup Recapital itu.
Rosan menilai, saat ini pun masih terdapat beberapa kendala terkait dengan upaya ekspor minyak sawit menuju pasar Eropa dan Amerika. Penyebabnya lantaran Indonesia sebagai penghasil minyak sawit nomor wahid di dunia tidak bisa menentukan harga minyak sawit. "Jadi harga itu ditentukan oleh pembeli dan ini yang merugikan kita."
"Saya melihatnya bahwa kita harus bersama-sama duduk untuk lebih memberikan pemahaman dan juga memberikan pengertian kepada dunia luar bahwa makin lama kita ini menjalankan perusahaan kelapa sawit maka semakin baik sehingga persoalan-persoalan ini perlu ditindak lanjuti dan di-handle secara baik dan benar," ucapnya.
AMINUDIN A.S.