TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Ahmad Baiquni berharap suku bunga kredit bisa turun. Untuk itu, sebelumnya Bank Indonesia harus menurunkan suku bunga acuan (BI Rate).
"Kita berharap BI Rate turun," kata Baiquni di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada Rabu, 25 November 2015. Dia datang ke BEI untuk membuka perdagangan bursa pagi tadi sekaligus memperingati 19 tahun BNI melantai.
Baiquni berujar, jika BI tetap akan memberlakukan kebijakan moneter yang ketat dengan menjaga BI Rate di level 7,5 persen, peluang bank menurunkan suku bunga kredit menjadi bergantung pada likuiditas masing-masing bank. "Kalau tahun depan semua bank sudah mulai agresif salurkan kredit, ini akan berpengaruh ke likuiditas perbankan juga."
SIMAK : Bila Tekanan Mereda BI Rate Bisa Turun, Ini Hitungannya
Baiquni menjelaskan, BNI tahun ini sudah mengikuti kebijakan pemerintah, yaitu menurunkan tingkat bunga kredit usaha rakyat (KUR) dari 22 persen menjadi 12 persen. Apabila ke depan pemerintah berencana melakukan penurunan bunga lagi, diharapkan dapat diikuti dengan peningkatan efisiensi perbankan.
"Kami berfokus tingkatkan CASA (current account saving account), agar biaya dana bisa kami dijaga di tingkatan yang tidak terlalu tinggi," tuturnya. Dengan begitu, kata Baiquni, imbauan pemerintah menurunkan suku bunga kredit nantinya tidak akan berpengaruh pada laba.
SIMAK: Kebijakan Suku Bunga, JK Minta BI Berpikir Jernih
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan Bank Sentral masih berhati-hati dalam menentukan BI Rate yang saat ini masih berada di level 7,5 persen. "Kalau inflasinya sudah rendah dan kondisi eksternalnya sudah lebih stabil, tingkat bunga bisa menjadi lebih rendah," ujar Agus saat ditemui dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa malam kemarin.
Terlebih, menurut dia, saat ini BI masih harus berhati-hati dalam memutuskan setiap kebijakan moneternya, termasuk BI Rate, karena kondisi eksternal atau dunia yang masih tidak stabil. "Kalau tidak berhati-hati dalam mengelola moneter, nilai tukar bisa jatuh, likuiditas juga nanti terpengaruh," ucapnya.
GHOIDA RAHMAH