TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2016 akan berada di kisaran 5,2-5,6 persen. Angka tersebut naik dari target pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini yaitu 4,7-5,1 persen. "Permintaan domestik akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, dibantu proyek infrastruktur pemerintah, " ujar Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, Selasa 24 November 2015, di Jakarta.
Agus menuturkan sektor domestik akan menjadi penopang, dikarenakan permintaan ekspor yang masih belum begitu kuat tahun depan. Hal ini dikarenakan harga komoditas yang belum akan naik signifikan dan kondisi ekonomi global yang walaupun tetap tumbuh tetapi tidak akan terlalu kuat. "Harga komoditas bahkan kita lihat masih akan negatif dan mengalami penurunan, " katanya.
Ia menjelaskan ada empat kekuatan domestik yang dimiliki Indonesia untuk menghadapi tantangan perekonomian di 2016. Pertama yaitu seluruh jajaran pemerintah yang sudah sepaham dan bersinergi melakukan inisiasi reformasi struktural. Kedua, yaitu penduduk Indonesia dengan usia produktif yang ekspansif, dalam hal ini menurut dia bukan hanya sebagai modal dasar untuk produksi tetapi juga sebagai basis konsumen untuk permintaan barang dan jasa dalam negeri.
Ketiga, adalah konsolidasi politik di Indonesia yang berdampak pada iklim kondusif perekonomian. Serta yang keempat adalah disiplin dalam manajemen makro yaitu dengan konsisten menjaga defisit fiskal dan defisit neraca transaksi berjalan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di akhir tahun diprediksi berada di angka 4,8 persen. "Kita masih bagus pertumbuhannya dibandingkan negara berkembang lain, yang beberapa bahkan minus pertumbuhannya," ujar Agus.
Pertumbuhan kredit 2016 diproyeksikan dapat mencapai 12-14 persen. Target inflasi masih sama seperti tahun ini, yaitu 4 plus minus 1 persen. Sedangkan, defisit transaksi berjalan tahun depan diproyeksikan akan lebih tinggi dari tahun ini yang berada di angka 2 persen, yaitu naik menjadi 3 persen. "Ini karena tahun depan banyak proyek infrastruktur, akan ada banyak impor bahan baku jadi otomatis pengaruh ke kenaikan defisit transaksi berjalan, " kata Agus lagi.
GHOIDA RAHMAH