TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggandeng delapan perbankan untuk berpartisipasi menyalurkan pembiayaan berkelanjutan yang berbasis lingkungan.
Ketua OJK, Muliaman Hadad, menyatakan, ke depan industri perbankan mesti memperhatikan aspek lingkungan dalam pembiayaannya. "Bank tidak hanya memikirkan profit, tapi juga people dan planet," kata Muliaman di Jakarta, Senin, 23 November 2015.
OJK, lanjut dia, akan memberikan arahan ihwal mekanisme pembiayaan. Muliaman mengatakan, otoritas sudah terlibat dalam penerbitan road map keuangan berkelanjutan yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Nantinya, perusahaan yang merusak lingkungan jangan berharap untuk mendapatkan kredit. "Kami ingin utamakan aspek lingkungan ketika ingin memberikan investasi atau pembiayaan," ucapnya.
Di sektor pasar modal, berdasar data OJK, pasar green bond secara global mengalami perkembangan. Pada tahun 2013 jumlah green bond yang diterbitkan senilai US$ 11 miliar. Sedangkan pada pertengahan 2015 outstanding green bond global mencapai US$ 65,5 miliar.
Di level domestik, sebagai langkah awal, Muliaman enggan memasang taget berapa besar pembiayaan yang akan dikeluarkan karena penerbitan global bond bergantung pada pemerintah. "Ini kan baru awal. Dan untuk sektornya bisa semua jenis industri," kata dia. Muliaman menambahkan, perusahaan yang patuh terhadap prinsip lingkungan bakal lebih mudah mendapatkan kreditnya.
Delapan bank yang sudah berkomitmen ikut terlibat dalam green banking adalah Bank Artha Graha International Tbk, Bank Central Asia Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk. Lalu ada Bank Rakyat Indonesia, BRI Syariah, Bank Mandiri Tbk, PT Bank Muamalat Indonesia, serta PT BPD Jawa Barat dan Banten.
Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Sadikin, mengatakan, bagi perbankan ada insentif atau akses yang mudah jika sudah menjalankan prinsip green finance. Menurut Budi, kemudahannya ialah mendapat akses ke sumber pendanaan yang murah dan bersifat jangka panjang. "Contohnya kami mendapat bantuan dana dari Bank Pembangunan Prancis," kata Budi.
Di tahap awal, Bank Mandiri mendapatkan pinjaman sebesar US$ 100 juta. Dana tersebut, kata Budi, sudah disalurkan untuk beberapa proyek di antaranya proyek tenaga listrik, mikro hidro, dan biomassa.
Selain itu, perbankan akan mudah mendapatkan investor dari luar negeri jika sudah mempunyai skor atau penilaian yang bagus di aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. "Ketika kami keluar negeri, penilaian tiga aspek akan membantu (mendapatkan investor)," ucap Budi.
ADITYA BUDIMAN