TEMPO.CO, Jakarta - PT Astra International Tbk menyampaikan dampak pelemahan ekonomi global terhadap bisnis otomotif yang menjadi andalan mereka. Hingga akhir September 2015, tercatat laba bersih Astra di segmen ini menurun 10 persen menjadi Rp 5,3 triliun dibanding angka tahun lalu pada periode yang sama, yang mencapai Rp 5,9 triliun.
"Prediksi kami sama dengan Gabungan Agen Tunggal Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Kinerja di kuartal keempat, bahkan di 2016, tak akan jauh berbeda dengan hasil saat ini," ujar Direktur Independen Astra International Sudirman Rusdi seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Astra International di Jakarta pada Senin, 16 November 2015.
Sudirman menjelaskan bahwa lemahnya permintaan otomotif disebabkan oleh perlambatan ekonomi. Diskon harga di pasar mobil juga disebabkan oleh kelebihan kapasitas produksi yang kemudian memberi dampak negatif terhadap pendapatan tahunan.
Angka penjualan mobil nasional turun 18 persen menjadi 765 ribu unit per September. Khusus Astra, penjualan menurun 20 persen menjadi 382 ribu unit dan market share alias pangsa pasarnya juga melambat menjadi 50 persen dari angka 51 persen pada 2014.
Penjualan kendaraan roda dua nasional juga tak membaik: terjadi penurunan sebesar 20 persen menjadi 4,8 juta unit. Namun khusus produk Astra dari PT Astra Honda Motor (AHM), peluncuran 9 model baru dan 6 model revamped (pembaruan) pada 2015 berhasil meningkatkan pangsa pasar dari 63 persen menjadi 68 persen per September.
Di segmen Astra Otoparts, tercatat penurunan laba bersih sebesar 72 persen menjadi Rp 179 miliar karena menurunnya volume dan margin manufaktur. Hal ini juga disebabkan oleh harga impor yang naik drastis.
YOHANES PASKALIS