TEMPO.CO, Bandung - Direktur Utama PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Virda Dimas Ekaputra mengatakan, korporasinya membuka peluang lewat proses lelang bagi investor asing dan lokal untuk ikut bergabung dalam Joint Venture yang akan membangun dan mengoperasikan Bandara Internasinal Jawa Barat di Kertajati, Majalengka. “Penentuannya dari lelang saja. Biar yang serius jalan,” kata dia di Bandung, Jumat, 13 November 2015.
Virda mengatakan, PT BIJB selaku holding pengelolaan kawasan bandara itu, akan menyerahkan pembangunan sekaligus pengoperasian bandara pada Joint Venture (JV) yang sedianya akan dibentuk bersama PT Angkasa Pura II. Belakangan, mitra strategis untuk pembentukan JV ini diperluas dengan masuknya pemerintah Majalengka.
Menurut Virda, porsi saham yang disediakan lewat proses lelang itu sekitar 40 persen dari nilai total pembangunan bandara itu. Taksirannya, dengan asumsi membangun bandara akan menyedot dana Rp 1,8 triliun, equity yang dibutuhkan sekitar 70 persennya. “Kira-kira Rp 1,3 triliun. Tinggal dibagi-bagi saja antara mitra strategis, termasuk Majalengka yang akan ikut,” kata dia.
Virda mengatakan, PT Angkasa Pura II dikecualikan dalam proses lelang itu. “Ada pertimbangan lain, yaitu market Bandara Husein Sastranegara yang akan dipindahkan ke Kertajati. Sehingga wajar AP II punya saham di Kertajati karena market mereka pindah ke situ,” kata dia.
Penguasaan saham BIJB dan PT AP II diproyeksikan 60 persen dari total saham. “Konsepnya BIJB dan AP II jadi JV dulu menguasi 60 persen. Tapi sekarang masih negosiasi,” kata dia. Sisanya, 40 persen itu yang akan dilego lewat lelang.
Virda mengatakan, proses lelang mencari mitra strategsi itu akan dibuka tahun depan. “Kita akan mengundang untuk lelang pada Februari 2016,” kata dia.
Menurut Virda, lelang mencari mitra strategis JV itu terbuka bagi investor asing. Sejumlah investor asing dari berbagai negara, diklaimnya sudah menyatakan minatnya. “Dari luar negeri itu dari Tiongkok, Tukri, ada juga dari Jerman,” kata dia.
Dia mengklaim, Menteri Perhubungan tidak keberatan dengan masuknya asing ikut mengelola bandara di Kertajati. “Kami sudah beraudiensi dengan Menteri. Nggak masalah asing untuk ikut di bandara dengan adanya Undang-Undang Kebandarudaraan itu porsi asing boleh sampai maksimal 49 persen,” kata dia. Sementara Gubernur Jawa Barat mengizinkan kepemilikan asing dalam JV yang akan mengelola bandara itu minimal 40 persen.
PT BIJB masih menuntaskan negosiasi untuk mendapatkan pinjaman membangun sisi darat bandara itu dengan sejumlah perbankan. Saat ini PT BIJB sudah mengantongi dana segar dari penyertaan modal pemerintah Jawa Barat Rp 300 miliar, yang akan ditambah Rp 250 miliar tahun depan. “Sindikasi perbankan masih digarap. Memang belum final, tapi mudah0mudahan dalam waktu dekat bisa seger final. Sindikasinya itu antara Bank BJB, Bank Mandiri, dan beberapa bank syariah mau ikut serta. Nanti konsepnya ‘club-deal’,” kata Virda.
Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan, pembahasan terakhir menyangkut pendanaan masih dibuka sejumlah alternatif. Salah satunya untuk membiayai pembangunan terminal yang menyedot dana paling besar. “Karena nilainya cukup besar di atas Rp 1 triliun, itu diarahkan dengan proses pembangunan dengan pola Turn-Key,” kata dia di Bandung, Jumat, 13 November 2015. F
Iwa mengatakan, detil polanya masih dalam proses pembahasan. “Turn-Key itu proses lelang dimana pemenangnya tidak dibayar sekaligus. Dicicil sesuai dengan proses dan ketentuan yang ditetapkan dalam Rencanan Kerja Sama sesuai evaluasi,” kata dia.
Pemerintah Jawa Barat menargetkan pembangunan bandara Kertajati sudah tuntas tahun 2017. “Kita optimis pada Desember 2017, bandara Tahap 1 selesai,” kata Iwa.
AHMAD FIKRI