TEMPO.CO, Jakarta - Mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Fahmy Radhi, membeberkan inisial nama yang diduga sebagai mafia migas di Pertamina Energy Trading Ltd. Menurut dia, nama yang diduga menjadi mafia Migas itu cocok dengan temuan di lembaga penegak hukum lainnya.
“Sesungguhnya dulu tim kami (Tim Reformasi Tata Kelola Migas) ke KPK, kemudian ke Bareskrim, kami melakukan konfirmasi ternyata ditemukan kesamaan, inisialnya MR,” kata Fahmy Radhi saat dihubungi Tempo pada Rabu, 11 November 2015.
Hasil audit forensik terhadap Petral menyebutkan terjadi anomali dalam pengadaan minyak selama periode 2012-2014. Berdasarkan temuan lembaga auditor Kordha Mentha, jaringan mafia migas tersebut telah menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun.
SIMAK: SKANDAL PETRAL: Mafia Garong Rp 250 T, Apa Reaksi KPK?
Menurut Fahmy, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, nama MR kerap disebut sebagai pihak ketiga dalam pengelolaan minyak bumi dan gas di Petral sebagai perusahaan perantara (fronting traders) dan perusahaan minyak milik negara untuk meraih keuntungan banyak.
Tim menyebut, akibat ulah mafia tersebut, Pertamina tidak memperoleh harga terbaik dalam pengadaan minyak atau jual beli produk bahan bakar minyak.
Siapa MR? Beredar sejumlah spekulasi, nama tersebut antara lain dikaitkan dengan sosok Taipan minyak Muhammad Riza Chalid--sebagai orang yang punya pengaruh di Petral.
Riza dikenal dekat dengan Purnomo Yusgiantoro, mantan Menteri ESDM yang kemudian menjadi Menteri Pertahanan pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Riza juga disebut dekat dengan mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.
Pada Juli tahun lalu, beredar foto Hatta Rajasa saat menjadi saksi pernikahan anak Riza. Selain Hatta, di acara itu juga hadir Purnomo Yusgiantoro. Hatta ramai diberitakan juga terkait masalah impor minyak dan gas. Dia pernah dilaporkan Solidaritas Kerakyatan Khusus Migas (SKK Migas) ke Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus impor minyak mentah dan bahan bakar minyak.
BACA: Menteri Sudirman Bongkar Dalang di Balik Skandal Petral
“Hatta dengan kewenangannya menghambat pembentukan kilang minyak, menurunkan produksi minyak mentah, sehingga ada celah impor lebih besar,” kata Koordinator SKK Migas, Ferdinand Hutahaean kepada Tempo pada 1 Juli 2014.
Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada Juni tahun lalu, Hatta Rajasa menolak anggapan adanya mafia minyak di Indonesia. “Apa yang dimaksud dengan mafia minyak? Kami mati-matian bangun kilang minyak. Di MP3EI jelas disebutkan kita tidak boleh jual gas,” katanya.
Terkait Riza, Hatta mengaku mengenal Riza di Majelis Dzikir. “Saya memang mengenal Riza di Majelis Dzikir bersama Haji Harris Thahir yang punya Rumah Polonia. Tapi sama sekali tak ada urusan bisnis.”
DESTRIANITA K. | TIM TEMPO