TEMPO.CO, Tasikmalaya - Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Simpatik di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengekspor beras organik ke Italia pada Rabu, 28 Oktober 2015. Hal ini menjadikan Kabupaten Tasikmalaya sebagai satu-satunya daerah di Indonesia yang bisa mengekspor beras.
"Daerah lain belum," kata Direktur Jenderal Pertanian Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring saat melepas kontainer yang mengangkut beras organik di Kampung Cidahu, Kecamatan Cisayong, Tasikmalaya, Rabu, 28 Oktober 2015.
Dengan ekspor ini, kata Hasil, bendera Indonesia berkibar di luar negeri. Meski ekspor beras belum banyak, baru 134 ton, tapi Indonesia telah memulai melangkah untuk ekspor beras. "Ini menjadi semangat. Kita harus menghargai upaya teman-teman di Tasikmalaya," ujarnya.
Menurut Hasil, Indonesia sangat potensial bagi pengembangan beras organik. Kata dia, tidak ada daerah lain di dunia ini yang terbangun dari bukit barisan dan gunung-gunung.
"Potensi besar. Jadi bagaimana harus mendorong dan memfasilitasi. Kami berterima kasih kepada anak-anak muda yang mau berjuang. Ini tidak gampang," katanya.
Peluang penjualan beras organik di dalam negeri, Hasil berujar, juga sangat besar. Kata dia, lebih dari 100 juta orang Indonesia merupakan orang kaya yang pendapatannya di atas 20 ribu US dollar per tahun. "Peluang pasarnya besar," ucapnya.
Untuk pengembangan pertanian organik, Hasil mengatakan tahun depan pihaknya menargetkan meningkatkan 4.000 hektare lahan pertanian organik. Kementerian Pertanian akan mencari daerah lain, seperti Garut dan Bandung sebagai lahan pertanian organik baru. "Kami berkomitmen step by step. Harus mendulang dolar, jangan hanya menghabiskan dolar," tutur dia.
Hasil mengatakan para petani beras organik menyampaikan sejumlah keluhan dalam hal penjualan beras. Salah satunya, di pasar banyak beredar beras organik, tapi tidak bersertifikat.
"Bukan organik benar, tidak bersertifikat. Ini harus diawasi. Saya kira tidak fair bagi petani di Tasik yang tiba-tiba ada orang yang menyablon (kemasan) bahwa berasnya organik," ujarnya.
Dia menambahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan harus meneliti apakah beras yang beredar benar-benar organik. "Harus benar-benar dicek, pendaftarannya harus benar," ucap dia.
Direktur Utama PT Bloom Agro, perusahaan pengekspor beras organik asal Tasikmalaya, Emily Sutanto mengatakan pihaknya saat ini sedang membina kelompok tani di Boyolali agar bisa ekspor beras organik. Namun kelompok tani binaannya itu belum mengantongi sertifikat ekspor. "Tahun depan sudah lolos sertifikasi," kata Emily setelah pelepasan ekspor beras organik.
CANDRA NUGRAHA