TEMPO.CO, Surabaya - Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah mendapat perhatian dari Bank Indonesia. Dalam Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2015 kali ini, BI mendorong optimalisasi aset wakaf.
“Aset wakaf yang besar memberikan peluang pada sektor keuangan Islam yang dimanifestasikan ke dalam berbagai bentuk manfaat,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara kepada wartawan saat jumpa pers di Hotel JW Marriott Surabaya, Rabu, 28 Oktober 2015.
Mirza mengakui, untuk mengembangkan sektor wakaf, diperlukan pendekatan inovatif. Ia berharap perannya terhadap negara lebih tinggi. Di sisi lain, masyarakat masih menginterpretasikan wakaf secara tradisional dan kurang memanfaatkannya untuk kegiatan produktif. “Saat ini wakaf baru sebatas untuk lahan makam dan masjid.”
Padahal, dengan utilisasi wakaf yang lebih tinggi, kontribusinya terhadap ekonomi secara menyeluruh akan lebih bagus. Undang-undang mengenai wakaf dan peraturan pemerintah mengenai wakaf juga sudah ada. “Maka diharapkan peran wakaf makin meningkat, terutama yang disumbang oleh masyarakat lapis bawah,” ujar Mirza.
Pemanfaatan aset wakaf yang baik juga dapat menjadi asset-based financing dan bisa dipakai untuk menerbitkan sukuk. Hal itu seiring dengan subsektor pasar modal syariah yang juga tumbuh dan ditandai dengan meningkatnya pembelian sukuk tiap tahun. Sukuk ini, kata dia, bermanfaat untuk meningkatkan investasi.
“Korporasi salah satunya dipelopori BUMN Garuda yang sudah menerbitkan sukuk US$ 2 miliar. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) memang didominasi pemerintah meskipun banyak jenisnya,” tutur Mirza. Ia menyebutkan Malaysia dan UEA termasuk contoh yang pangsa pasar sukuknya tinggi.
Meski begitu, perekonomian global yang lesu ikut berdampak pada pasar ekonomi syariah. Mirza mengakui bank konvensional dan syariah sama-sama tumbuh cepat saat ekonomi booming. “Pangsa pasar atau share kue syariah saat ini di bawah 5 persen. Ketika ekonomi melambat, syariah juga melambat. Ketika ekonomi global meningkat, diharapkan makin tinggi juga penetrasi syariah.”
Dengan semakin tingginya penetrasi ekonomi syariah, apalagi bisa dipakai oleh nonmuslim, diharapkan share bisa bertambah. “Di sini, sukuk bisa jadi sumber untuk penyaluran kredit oleh bank. Sukuk korporasi memang masih sangat sedikit. Padahal, jika wakaf digabung dengan sukuk, bisa menjadi modal untuk investasi,” ucapnya.
Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2015 yang kedua kalinya ini diselenggarakan di Surabaya pada 27 Oktober-1 November 2015. Pembukaan disaksikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro; Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara; pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng, Sholahuddin Wahid; Gubernur Jawa Timur Soekarwo; dan Wakil Gubernur Syaifullah Yusuf; beserta jajaran pejabat Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
ARTIKA RACHMI FARMITA