TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur PT Pertamina Gas (Pertagas) Hendra Jaya memastikan tren harga gas terus naik karena berdasar pada faktor keekonomian. Faktor keekonomian ini berupa kebutuhan belanja modal (capex) yang tinggi dalam mengembangkan lapangan gas.
Dia mencontohkan perusahaan tambang, Total, perlu mengebor lebih dalam untuk mendapatkan gas daripada sebelumnya. Upaya pengeboran lebih ekstra ini membuat anggaran belanja modal naik. "Ada kemungkinan harga gas semakin lama semakin tinggi," kata Hendra saat ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis, 15 Oktober 2015.
Pemerintah, kata Hendra, bisa membuat harga gas stabil atau bahkan turun. Caranya, pemerintah mengurangi penerimaan negara dari industri gas sehingga harga gas masing-masing perusahaan dapat bersaing. "Persaingan dapat membuat harga gas turun ini, dapat menjadi strategi pemerintah untuk menekan harga."
Sementara itu, tahun ini, Pertagas melakukan kajian pengembangan jaringan city gas (FEED) pada 10 kota. Sepuluh kota tersebut adalah Prabumulih, Tangerang Selatan, Cibinong, Subang, Semarang, Kuala Simpang, Cilegon, Purwakarta, Cibubur, dan Serang.
Sedangkan tahun depan, rencananya dilakukan 15 FEED untuk 15 kota, antara lain, Serpong, Cikarang, Gresik, Sidoarjo, Pekanbaru, Lhoksemauwe, Lhoksukon, Jakarta Selatan, Karawang, Idie, Bojonegoro, Cirebon, Palembang, Lamongan, dan Jakarta Utara-Jakarta Timur. Rencana ini merupakan bagian dari program pengembangan jaringan city gas 2015 hingga 2020 dengan target 25 kota dan 115 ribu sambungan rumah tangga (SR) terpasang pipa gas.
ALI HIDAYAT