TEMPO.CO , Jakarta: Program sejuta rumah yang diluncurkan pemerintah April 2015 lalu memiliki tujuan utama untuk menekan angka backlog atau kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat.
"Targetnya bisa capai zero backlog, karena angkanya cenderung meningkat, " ujar Direktur Pemasaran Perusahaan Umum Perumnas M. Nawir saat ditemui Rabu 7 Oktober 2015 di Jakarta.
Nawir menambahkan pemerintah saat ini memiliki perhatian yang intens terhadap pembangunan dan penyerapan biaya untuk pembangunan perumahan. Hal ini dibuktikan dengan target sejuta rumah dalam program pemerintah, yang meningkat sebesar tiga hingga empat kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Namun, menurut dia, angka backlog menurutnya memang sulit ditekan untuk mencapai angka nol. "Karena pada dasarnya tidak semua orang butuh rumah, karena biasanya kan ada yang lebih pilih tinggal di rumah sewa atau tinggal sama orang tuanya, " kata Nawir.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik angka backlog masih tinggi, yaitu ada 13-15 juta rumah tangga.
Terkait pelemahan ekonomi yang terjadi, Nawir mengatakan segmen kelas menengah ke atas paling mengalami penurunan dibanding tahun lalu yaitu hingga 50 persen pada semester I tahun ini. Sementara itu kelas menengah ke bawah belum terkena dampak yang signifikan.
Sejauh ini, menurut Nawir, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat telah menyetujui penambahan modal untuk Perumnas mengembangkan pembangunan rumah masyarakat berpenghasilan rendah.
Saat ini pembangunan Perumnas sedang dilakukan di 10 kota besar di Indonesia dalam bentuk rumah vertikal atau rusunami. Ini dikarenakan harga tanah di kota beaar yang tergolong mahal. Nawir mengatakan ada sekitar17 ribu unit yang sedang dalam proses perizinan. "Kami harap proses perizinan ini cepat selesai agar bisa dimulai proses pembangunannya, " katanya.
Pembangunan rumah vertikal di kota besar ini juga merupakan regulasi dari pemerintah untuk kota dengan penduduk di atas 2 juta orang. "Rumah subsidi yang landed sudah tidak bisa diberlakukan lagi di kota besar, sehingga dialihkan ke rusunami, " ujar Nawir lagi.
GHOIDA RAHMAH