TEMPO.CO , Jakarta: Presiden Direktur Center of Banking Crisis, Deni Daruri, menilai penguatan rupiah yang saat ini terjadi harusnya bisa dirasakan sejak dulu jika instrumen intervensinya masih sama.
"Bank Indonesia kan intervensi dolar dengan cadangan devisa, dari dulu instrumennya begitu. Tetapi kenapa sekarang bisa menguat kemarin tidak bisa menguat, ini yang harus dijawab BI, " kata Deni saat ditemui di Jakarta, Rabu, 7 Oktober 2015.
Menurut Deni, BI harus memberikan transparansi dan penjelasan mengenai hal ini, terutama terkait jumlah cadangan devisa.
Perihal sejauh apa efektifitas kebijakan intervensi BI, ia mengatakan dibutuhkan kajian lebih lanjut.
"Efektif atau tidak, harus diintegrasikan dengan kebijakan moneter secara keseluruhan, " katanya.
Deni juga meminta masyarakat tidak hanya terjebak pada euforia penguatan nilai rupiah saja. Menurut dia, yang lebih penting adalah melihat dampak dari keberhasilan kebijakan moneter BI yang ditandai dengan penguatan nilai rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Kita harus melihat rupiah sekarang misalnya bisa menyentuh 13 ribu, nanti apa dampaknya ke PDB (Produk Domestik Bruto)," ujarnya lagi.
Kurs rupiah naik tajam 420 poin (2,95 persen) ke level 13.821 per dolar AS di akhir perdagangan kemarin, Rabu, 7 Oktober 2015. Sebelum ditutup, mata uang rupiah bahkan sempat menyentuh level 13.738 per dolar AS.
GHOIDA RAHMAH