TEMPO.CO , Jakarta:Menko bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengatakan kerja sama dengan Malaysia dalam penguatan industri sawit bisa memberikan keuntungan buat Indonesia. Bila masing-masing berjalan sendiri akan menimbulkan persaingan yang seharusnya tak pelu terjadi. "Kalau bergabung, pasar akan memahami efeknya pada stabilisasi harga," katanya saat konferensi pers Billateral Meeting di hotel Fairmount Jakarta Sabtu, 3 Oktober 2015.
Menurut Rizal, saat pertemuan awal kerja sama industri minyak sawit antara Indonesia dan Malaysia pada akhir Agustus lalu, harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah berkisar US$ 500/ton. Kini menguat menjadi US$ 600/ton. Menurutnya selain dampak dari El-Nino penguatan tersebut akibat pasar menyadari efek dari bergabungnya Indonesia - Malaysia.
"Kita manfaatkan momentum ini dengan mendirikan organisasi yang benar-benar efektif, untuk mempromosikan industri sawit di dunia," ujarnya.
Pada pertemuan itu Indonesia dan Malaysia sepakat untuk mengharmoniskan standar kedua negara tentang industri minyak kelapa sawit, antara Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), yang nantinya akan digabung menjadi satu standar. "Kalau digabung dengan standar baru, akan besar sekali manfaatnya untuk kedua negara," ujar Rizal.
Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga sepakat membentuk organisasi Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk menjaga stabilitas harga sawit, dan mempromosikan keuntungan dari industri minyak kelapa sawit serta turunanya. Kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama guna mempromosikan praktik-praktik yang berkelanjutan dari segi lingkungan hidup di industri minyak kelapa sawit. Selain itu juga bekerjasama memperbaiki dan mengembangkan riset industri kelapa sawit untuk meningkatkan nilai tambah.
AHMAD FAIZ IBNU SANI