TEMPO.CO , Jakarta: Pemerintah Indonesia dan Malaysia melakukan pertemuan bilateral lanjutan terkait kerjasama penguatan industri minyak kelapa sawit antar kedua negara, yang sebelumnya telah dilaksanakan pada akhir Agustus lalu di Malaysia. Dalam pertemuan kedua yang dilangsungkan di Hotel Fairmount Jakarta Sabtu, 3 Oktober 2015 tercapai kesepakatan yang mencakup empat poin, yakni
1. Membentuk organisasi Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk menjaga stabilitas harga sawit, dan mempromosikan keuntungan dari industri minyak kelapa sawit serta turunanya
2. Mengharmonisasikan standar kedua negara tentang industri minyak kelapa sawit, antara Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), yang nantinya akan digabung menjadi satu standar.
3. Meningkatkan kerjasama guna mempromosikan praktik-praktik yang berkelanjutan dari segi lingkungan hidup di industri minyak kelapa sawit
4. Memperbaiki dan mengembangkan riset industri kelapa sawit untuk meningkatkan nilai tambah.
Pemerintah kedua negara juga akan membangun Green Economic Zone untuk meningkatkan nilai tambah produk turunan dari minyak kelapa sawit.
Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, bersama Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud, Ketua GAPKI Joko Supriyono. Sedangkan dari Malaysia hadir Menteri Industri Tanaman dan Komoditas Datuk Amar Douglas Uggah Embas, Deputi Menteri Departemen Perdana Menteri Malaysia Datuk Razali Ibrahim.
Menko bidang Perekonomian, Rizal Ramli mengatakan Indonesia dan Malaysia akan membentuk komite kecil untuk mengembangkan roadmap tersebut. "Senin mulai bekerja, target sebelum akhir Oktober sudah selesai," kata Rizal.
Rizal menambahkan kesepakatan ini merupakan strategi jangka panjang agar industri kelapa sawit tetap berkembang secara berkelanjutan dan mempunyai manfaat yang besar. "Kami menilai industri sawit ini strategis, karena penting bagi kedua negara dari segi penciptaan lapangan kerja, pendapatan devisa dan peningkatan kesejahteraan petani kecil," ujarnya.
AHMAD FAIZ IBNU SANI