TEMPO.CO , Jakarta: Ekonom Politik Perhimpunan Sarjana Ekonomi, Setyo Purwadi mengatakan, tingginya harga beras dan pangan jelas akan berdampak pada angka kemiskinan di Indonesia. Sebab, pangan adalah komoditi utama penunjang hidup yang dibutuhkan masyarakat. "Kalau sandang bisalah mereka beli sendiri. Urus masing-masing selama industri kita benar. Papan juga begitu," katanya di Jakarta, Jumat 2 Oktober 2015.
Menurut Setyo, beras adalah makanan utama masyarakat Indonessia sejak dulu. Otomatis jika terjadi krisis pangan, akan berdampak langsung ke angka kemiskinan.
Sependapat dengan Purwadi, Dwi Andreas Santosa, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB menyatakan, sejak September 2014 - Maret 2015 jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat dari 27,73 juta menjadi 28,59 juta jiwa. "Bahkan kemiskinan juga terjadi hingga ke petani akibat dampak ini," katanya.
Menurut Andreas, dalam tempo 6 bulan, ada 570 ribu petani jatuh miskin. Bahkan diperkirakan jumlah petani yang jatuh miskin akan meningkat di periode April 2015 - Maret 2016, dengan angka di atas 1 juta petani.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menyebutkan Indonesia mengalami deflasi 0,05 persen selama tahun kalender (Januari-September). Beras dan pangan menjadi salah satu faktor penyumbang deflasi, padahal faktanya sedang terjadi kekeringan panjang akibat El Nino sehingga produksi terhambat. Dan harga beras hampir mencapai Rp 13 ribu di beberapa daerah.
INGE KLARA SAFITRI