TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Australia Andrew Robb pada Selasa, 22 September 2015, mengatakan kebutuhan akan perjanjian ekspor sapi hidup dalam jangka panjang dengan Indonesia. Andrew Robb mengatakan para pengekspor frustasi dengan sistem saat ini, model kuartalan yang menyebabkan peternak tidak siap melayani pesanan dalam jumlah besar.
Awal tahun ini, Indonesia menempatkan pesanan hanya 50 ribu sapi untuk kuartal yang berakhir September. Ini turun dari 250 ribu ekor sapi pada kuartal sebelumnya, dan membuat geram para pelaku sektor pertanian. Peternak merasa kuota tahunan akan memberi mereka jaminan lebih pasti dan perlindungan terhadap permintaan musiman yang berfluktuasi.
Robb mengatakan bahwa setelah pembicaraan dengan timpalannya di Indonesia, kemungkinan akan ada perubahan ke pengaturan jangka panjang. "Saya sudah melakukan beberapa pembicaraan sangat baik dengan timpalan saya dan menteri lainnya. Ada pandangan bahwa kita perlu stabilitas jauh lebih banyak," kata Robb kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC), Selasa, 22 September 2015.
"Ada kesepakatan kuat antara kita bahwa ada kebutuhan untuk kembali ke pengaturan yang diterapkan beberapa tahun lalu di mana ada kuota untuk jangka lebih lama diumumkan sehingga industri yang bisa mempersiapkannya."
Menteri Perdagangan mengatakan bahwa dengan pertumbuhan populasi Indonesia dan permintaan sapi hidup yang terus meningkat, jadi lebih penting bagi para peternak dan eksportir untuk menyiapkannya.
Dia mengatakan pengaturan ini tampaknya akan dilanjutkan, yang berarti lebih banyak konsistensi bagi produsen Australia serta pembeli Indonesia.
"Sekarang permintaan untuk sapi hidup sedang berkembang ke arah melebihi pasokan, lebih penting bagi Indonesia dan Australia bahwa ada beberapa kepastian yang melekat pada jumlah ternak yang mungkin diperlukan setiap tahun," kata Robb. "Kami tampaknya akan sampai ke sana dalam masalah ini," katanya kepada ABC.
Sementara itu, Robb mengatakan hubungan Australia dengan Indonesia kemungkinan akan melihat peningkatan marjinal setelah Malcolm Turnbull menggulingkan Tony Abbott sebagai perdana menteri.
Hubungan Australia-Indonesia terpukul oleh sebuah rintangan pada awal tahun, ketika Indonesia menolak memberikan grasi bagi dua terpidana mati asal Australia. Abbott kemudian menarik Duta Besar Australia untuk Jakarta.
Tetapi Robb menekankan bahwa hubungan antara kedua negara membaik. "Ada kepentingan, tentu saja, di PM baru tetapi saya tidak akan melebih-lebihkan itu," kata Robb seperti dilansir kantor berita Xinhua.
ANTARA