TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) menargetkan adanya peningkatan ekspor sebesar 10%-12% pada tahun ini, dengan pasar tujuan ekspor antara lain Amerika Serikat, Amerika Selatan, Eropa Timur, dan Timur Tengah.
"Secara umum ini momentum terbaik buat kami, karena pelemahan rupiah ini menguntungkan. Tapi jujur ini tidak mudah," kata Sekjen AMKRI Abdul Sobur, Rabu (2 September 2015).
Menurutnya, ada beberapa hal yang menghambat target ekspor tersebut, di antaranya adalah lemahnya daya saing industri kayu di Tanah Air.
Menurutnya, penghambat peningkatan ekspor mebel dan kerajinan antara lain ketersediaan dan keterjangkauan harga bahan baku penolong serta pemberlakuan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK).
"Tahun ini kami targetkan tumbuh sedikitnya 10%-12%. Tapi jujur ini tidak gampang, karena ada hambatan banyak, termasuk soal SLVK itu. SLVK itu seharusnya untuk hulu saja, hilir tidak usah karena ini membebani industri," ujarnya.
Berdasarkan data AMKRI, nilai ekspor mebel dan kerjinan Indonesia pada tahun lalu hanya senilai US$1,87 miliar, jauh lebih kecil dibanding Malaysia yang mencapai US$2,4 miliar dan Vietnam yang mencapai US$5,3 miliar.