TEMPO.CO, Jakarta - Kabar bahwa ada ribuan tenaga kerja alias buruh dari Cina di Indonesia dibenarkan oleh Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri. Kementerian Ketenagakerjaan telah menerbitkan sedikitnya 41 ribu Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) sejak Januari 2014 hingga Mei 2015.
Meski begitu, Menteri Hanif menegaskan bahwa secara keseluruhan jumlah pekerja asal Tiongkok ini kurang dari 0,1 persen dari jumlah total buruh lokal Indonesia. "Jumlah penduduk kita 240 juta dan angkatan kerja kita 129 juta," katanya.
Yang jadi masalah, buruh dari Cina ini banyak mengerjakan pekerjaan kasar yang seharusnya bisa dikerjakan buruh lokal. Dari penelusuran Tempo, di tiga lokasi proyek ada buruh asal Cina yang mengerjakan pekerjaan level bawah. Temuan ini dipublikasikan pada Laporan Utama Majalah Tempo edisi 31 Agustus 2015. Ketiga lokasi itu adalah:
1. Pembangunan PLTU Celukan Bawang di Buleleng, Bali. Proyek ini dikerjakan empat kontraktor: China Huadian Power Plant, China Huadian Engineering Co. Ltd, PT CR 17, dan mitra lokal PT General Energy Bali.
2. Pembangunan pabrik semen PT Cemindo Gemilang di Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Ketika Kementerian Ketenagakerjaan melakukan inspeksi mendadak Juni 2015, mereka menemukan buruh dari Cina tinggal di bedeng-bedeng seperti kuli.
3. Pembangunan smelter bauksit oleh PT Well Harvest Winning Alumina Refinery di Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Proyek dikerjakan PT Chinna Hongqia dan PT Winning Investment dari Tiongkok dengan PT Citra Mineral Investindo, anak usaha Harita Group.
TIM TEMPO