TEMPO.CO, Buleleng - Pertengkaran hampir terjadi. Zakaria, sebut saja begitu, tak bisa menahan amarah gara-gara seorang pekerja Cina tiba-tiba nyelonong ke ruang kerjanya sambil menunjuk mukanya.
"Masuk-masuk ruangan, dia ngomong casciscus pakai bahasa Mandarin dengan nada tinggi sambil berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuk saya,” katanya mengisahkan kembali pertengkarannya kepada Tempo, Kamis, 27 Agustus 2015. (Baca: Kebiasaan Menjengkelkan Buruh Cina: Menunjuk dengan Kaki)
Saat kejadian tersebut, lelaki asal Buleleng itu tengah bertugas menjaga peralatan proyek milik China Huadian Power Plant Operation Co Ltd. China Huadian Power Plant adalah satu dari empat kontraktor yang membangun pembangkit listrik Celukan Bawang di Buleleng, Bali.
Zakaria menggertak. “Kamu ngomong apa? Mau ngajak berantem?” ujarnya dalam bahasa Indonesia. Zakaria tak mengenal pria yang menyelonong itu.
Ia buru-buru menelepon penerjemah, yang sedang melawat ke Singaraja. “Saya minta cepat datang sebelum saya pukul orang itu,” ucapnya. Rupanya, si pekerja Cina tengah mencari beberapa batang besi yang hilang.
Pekerja asal Cina banyak terdapat di Buleleng sejak kontraktor memulai pembangunan pembangkit Celukan Bawang tiga tahun lalu. PLTU berkapasitas 3 x 100 megawatt itu bernilai investasi sekitar Rp 9 triliun.
Empat kontraktor terlibat. Selain China Huadian Power Plant, ada China Huadian Engineering Co Ltd, PT CR 17, dan mitra lokal PT General Energy Bali.
Masalahnya, perusahaan memboyong paket komplet: peralatan proyek dan pekerja, dari level top manager, operator, hingga buruh. Total ada 133 pekerja asal Cina. Sedangkan pekerja lokal berjumlah sekitar 300 orang tapi tak satu pun di level teknis. (Baca: Banjir Buruh Cina Terjadi di Buleleng, Jumlahnya 133 Orang)
Menurut Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Muji Handaya, tak ada larangan mempekerjakan tenaga kerja asing. “Yang penting rasionya: tiap satu pekerja asing diimbangi dengan sepuluh tenaga lokal. Kalau itu terpenuhi, sah.”
AYU PRIMA SANDI, AKBAR TRI KURNIAWAN (JAKARTA), BRAM SETIAWAN (BULELENG)
Simak: Berita Bisnis Terbaru