TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang melemah membuat sejumlah warung makan serbasalah menaikkan harga untuk konsumennya.
Abdul Soman misalnya. Pemilik Warung Pecel Ayam Gang Poseng yang berada di kawasan Pasar Baru itu kebingungan menaikkan harga, meski terhimpit dengan anggaran belanja yang melambung.
"Mau menaikkan harga juga bingung karena kebanyakan yang makan di sini karyawan. Bagi-bagi rezeki sedikit lah," kata dia seperti dilansir Antara, Jumat, 28 Agustus 2015.
Abdul mengaku harus menyisihkan uang lebih untuk berbelanja bahan pokok untuk berdagang pecel ayam, dari Rp 500 ribu saat ini Rp 700 ribu. Untung yang didapatkan Abdul pun menurun dari Rp 300 ribu menjadi Rp 200 ribu. "Cabe mahal, tapi karena kami menjual pecel ayam enggak mungkin enggak pake cabe, enggak mungkin enggak pedes," ujar dia.
Demikian pula dengan Heri, penjual nasi Padang yang mengatakan uang belanja naik 30 persen. Meski begitu, dia mengaku tidak dapat berbuat banyak. "Potongan daging diperkecil juga sudah enggak masuk sekarang ini. Penjual serbasalah, pandai-pandai kami saja," kata Heri.
Begitu pula Ervan, pemilik warung Kaisarea. Sekalipun harga bahan baku melonjak, dia tidak berniat untuk menurunkan mutu masakan asal Manado yang dia jajakan. "Mengurangi porsi konsumen akan berpindah, menaikkan harga konsumen akan mengeluh, ya sudah dinikmati saja," ujar Ervan.
ANTARA