TEMPO.CO, Jakarta - Seorang mahasiswi asal Universitas Brawijaya, Malang, Ladira Aprilia, mengetahui perkembangan ekonomi Indonesia yang saat ini kurang begitu bagus. “Dolar naik, kan. Saya tahu dari televisi dan media sosial,” katanya saat dihubungi, Selasa, 25 Agustus 2015.
Menurut gadis 19 tahun ini, keadaan ekonomi Indonesia yang memburuk memang mengkhawatirkan. Ia mengaku, sampai saat ini, uang saku dari orang tuanya belum dikurangi. Namun, saat ke pusat perbelanjaan bersama teman-temannya, ia akhirnya lebih memilih berjalan-jalan saja. “Akhirnya, hanya jalan-jalan saja, tidak belanja, karena mahal-mahal,” ucapnya.
Walaupun mengkhawatirkan, Ladira mengaku lebih fokus pada meme-meme lucu yang beredar di dunia maya. “Banyak meme buat lucu-lucuan, jadi hiburan saat krisis ini,” ujar mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya tersebut.
Ia menuturkan salah satu temannya sempat membuat lelucon tentang nilai dolar yang mencapai angka Rp 14 ribu lebih itu. “Dia mau ke Bank Mandiri jadi takut, karena call center-nya 14000. Mau pesan Mc Donald, yang call center-nya 14045, juga jadi sedih,” katanya sambil tertawa, mengingat lelucon temannya.
Mahasiswa lain, Yusrina Adzhani, pun mengaku terhibur dengan gambar meme yang menyindir tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Negatifnya, krisis ekonomi. Positifnya, hiburan buat kami,” kata Hani--sapaan Yusrina.
Sama seperti Ladira, Hani pun harus berpikir dua kali saat hendak membeli berbagai pernak-pernik di mal. Gadis 19 tahun ini memang tidak dipotong uang jajannya. Namun ia merasa berbagai barang jadi tambah mahal harganya. Di rumah pun, orang tua mahasiswa Jurusan Komunikasi Bina Sarana Informatika ini terdengar uring-uringan. “Ibu saya mengadu harga sembako mahal sekali. Dari Rp 20 ribu menjadi Rp 25 ribu. Kan, naiknya lumayan,” ujarnya.
MITRA TARIGAN