TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hendrawan Supratikno, mengatakan tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sudah menyentuh level 14 ribu bukan menjadi tugas Bank Indonesia saja. Sebab, BI juga memiliki pertimbangan nilai tukar, cadangan devisa, inflasi, dan suku bunga acuan negara.
"Agus Martowardojo bilang ke saya, semua urusan moneter harus mempertimbangkan empat hal tersebut," kata Hendrawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 25 Agustus 2015.
Menurut Hendrawan, empat hal tersebut harus dijaga dan memiliki risiko sendiri jika diprioritaskan. Bank sentral harus didukung dari dalam untuk menanggulangi pelemahan ini.
Sebab, ucap dia, intervensi sebesar apa pun hanya seperti menggarami air laut. Begitu pula dengan menaikkan suku bunga yang akan berdampak pada matinya beberapa sektor riil nantinya. "Kalau mau menarik dolar, masukan saya, ya, naikkan suku bunga," ujar Hendrawan.
Hendrawan berharap pemerintah bergerak cepat di sektor fiskal. "Tapi, yang penting, kita membangun ketahanan ekonomi domestik."
Hal itu dilakukan dengan memelihara daya beli masyarakat, stabilisasi harga pangan, dan suplai kebutuhan pokok harus diamankan. Dengan demikian, menurut Hendrawan, krisis eksternal tersebut tak menjalar pada kegaduhan politik internal.
Pada Senin lalu, situasi perekonomian dunia yang sedang bergejolak dan melambat membuat dolar kembali memukul nilai tukar rupiah menjadi 14 ribu. Tak hanya itu, indeks bursa hampir di seluruh dunia pun berdampak negatif dan terkoreksi.
ANDI RUSLI