TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyerap dana Rp 12 triliun dari lelang empat seri Surat Utang Negara. Dana ini untuk memenuhi sebagian target pembiayaan dalam APBN dengan total penawaran Rp 20,8 triliun.
Keterangan pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan di Jakarta, Selasa, 18 Agustus 2015, menyebutkan hasil lelang ini di atas jumlah indikatif yang ditetapkan sebelumnya Rp 8 triliun.
Dari lelang tersebut, jumlah yang dimenangkan untuk seri SPN12160512 mencapai Rp 2 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 6,6347 persen. Penawaran untuk obligasi yang jatuh tempo pada 12 Mei 2016 ini mencapai Rp 4,8 triliun.
Imbal hasil terendah yang masuk untuk seri obligasi ini mencapai 6,45 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 7,00 persen. Untuk seri FR0053, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp 5,5 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 8,40462 persen. Penawaran untuk obligasi yang jatuh tempo pada 15 Juli 2021 ini mencapai Rp 7,83 triliun.
Imbal hasil terendah yang masuk untuk seri obligasi yang memiliki tingkat kupon 8,25 persen ini mencapai 8,28 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 8,67 persen. Untuk seri FR0056, jumlah nominal yang dimenangkan mencapai Rp4,4 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 8,56968 persen. Penawaran untuk obligasi yang jatuh tempo pada 15 September 2026 ini mencapai Rp 6,4 triliun.
Imbal hasil terendah yang masuk untuk seri obligasi yang mempunyai tingkat kupon 8,375 persen ini mencapai 8,55 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 8,9 persen. Pemerintah tidak memenangkan penawaran yang masuk untuk seri FR0073, meskipun penawaran untuk obligasi yang jatuh tempo pada 15 Mei 2031 ini mencapai Rp1,7 triliun.
Imbal hasil terendah yang masuk untuk seri obligasi yang mempunyai tingkat kupon 8,75 persen ini mencapai 8,98 persen dan imbal hasil tertinggi yang masuk sebesar 9,25 persen.
ANTARA