TEMPO.CO, Yogyakarta - Bank Indonesia meminta pemerintah kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menjaga stok enam komoditas utama guna mempertahankan laju inflasi tetap di level rendah. Enam komoditas yang berpengaruh terhadap laju inflasi itu adalah beras, daging sapi, daging ayam, telur, cabai dan bawang merah.
“Stok pangan utama kami minta dimonitor ketat," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta, Arif Budi Santoso, Senin 17 Agustus 2015.
Arif mengungkapkan Bank Indonesia akan terus memantau stok komoditas pangan menyusul adanya kemungkinan gagal panen akibat kemarau panjang. "Terutama Dinas Perindustrian dan Dinas Pertanian harus terus mengupdate stok di daerahnya," ucapnya.
Disamping meminta pemerintah daerah untuk menjaga stok enam komoditas, Bank Indonesia perwakilan Yogyakarta juga turut aktif memberdayakan kelompok petani di empat kabupaten. "BI menyediakan anggaran Rp 2 miliar untuk pemberdayaan petani,” ucapnya.
Misalnya untuk petani di Gunungkidul, Bank Indonesia melakukan pendampingan pengembangan pertanian mocaf Modified Cassava Flour atau pengolahan tepung singkong, pemberdayaan petani bawang merah di Bantul, padi di Kulonprogo, dan produksi susu sapi di Kabupaten Sleman. “Sesuai karakter wilayahnya masing-masing,” kata Arif.
Meski terus memantau secara ketat, hingga sejauh ini, kata Arif laju inflasi di Yogyakarta cukup relatif rendah, bertahan di 0,6 persen.. Adanya lonjakan kenaikan harga daging sapi dinilai belum banyak berpengaruh. Bahkan ia mengklaim, inflasi pada bulan Agustus akan jauh lebih rendah dibanding dua bulan sebelumnya. "Kami pantau di kabupaten sentra sapi stok tetap mencukupi, meskipun sempat ada aksi borong dari luar daerah," ujarnya.
Pekan lalu, Tim Pemantauan da Pengendalian Inflasi Daerah Yogyakarta bersama pemerintah kabupaten/kota membahas kemungkinan terjadinya gagal panen menyusul adanya prediksi musim kemarau akan berlangsung lebih lama. "Semua kami minta memaparkan kondisi daerahnya," kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat DIY Didik Purwadi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi kamarau tahun ini bakal berlangsung hingga pekan ketiga November dan bisa berlanjut hingga awal Desember. Biasanya, musim kemarau akan berakhir di bulan Oktober.
Menurut BMKG kemarau panjang tahun ini akan mengakibatkan musim tanam padi ikut molor dan mengganggu pasokan kebutuhan pokok. "Kelancaran panen padi ini tentu tak bisa dikesampingkan," ujar Didik.
PRIBADI WICAKSONO