TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M. Nasir berencana membuat taman reaktor nuklir sebagai sarana edukasi. Menurut Nasir, taman itu sebagai laboratorium daya eksperimen dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) ditunjuk sebagai pengelolanya. "Energi nuklir selama ini ditentang oleh masyarakat. Saya ingin membuktikan Batan mampu menghasilkan energi yang baik," kata Nasir.
Selama ini, katanya, nuklir dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan dan berbahaya. Rencana pembangunan reaktor nuklir pun selalu mendapat pertentangan. Nasir berharap Batan bisa membangun laboratorium ini sebagai tempat yang menyenangkan dengan menjadikannya sarana belajar sekaligus sarana rekreasi.
"Bangun reaktor sebagai laboratorium dibuat untuk turis. Masyarakat bisa menyaksikan teknologinya dan betul-betul menarik. Yang penting safety, secure, dan efisien," ujar Nasir, sembari menambahkan laboratorium itu dibangun dengan kapasitas 10-20 juta megawatt, mulai dibangun pada 2016 dan selesai pada 2017.
Laboratorium dibangun di wilayah Serpong, Tangerang Selatan, Banten, dekat dengan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek). "Pada 2017 harapannya sudah selesai. Kalau sudah selesai itu kita tinggal uji coba dan kita edukasi ke masyarakat," katanya.
Nasir menjelaskan pembangunan laboratorium daya eksperimen ini merupakan tahap awal dari rencana pembuatan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia. Diharapkan rencana ini tidak meleset karena inisatif ini sudah masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) Kemenristekdikti.
"Kami berharapnya cepat. Kami ingin membuat semuanya menjadi mudah. Jangan ada regulasi yang menjerat karena sudah masuk RPJM Kementerian Riset, Teknologi, dan Dikti," katanya. Kepala Batan Djarot S. Wisnubroto sebelumnya menyebut laboratorium ini sebagai reaktor daya eksperimen.