TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Selasa 4 Agustus 2015 pagi menguat, naik 21 poin menjadi Rp13.484 per dolar Amerika Serikat dibandingkan posisi terakhir kemarin. Pada sesi jeda siang ini, menguat lagi 0,19% pada jeda siang ini ke level Rp13.504 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, mengatakan Bank Indonesia masih berjaga di pasar valas domestik dan itu menjadi salah satu faktor yang menopang rupiah berada di area positif.
Selain itu, menurut Rully Nova, adanya harapan positif terhadap realisasi penyerapan anggaran belanja modal pemerintah pada semester kedua yang akan lebih baik dibandingkan periode sebelumnya menambah sentimen positif bagi rupiah. "BI akan tetap menjaga fluktuasi rupiah, ditambah adanya harapan percepatan penyerapan anggaran belanja modal akan menjaga rupiah untuk bergerak stabil," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan nilai tukar dolar AS turun merespons data manufaktur Amerika Serikat yang di bawah estimasi sehingga mengoreksi harapan terhadap kenaikan suku bunga the Federal Reserve dalam waktu dekat.
Ia mengemukakan bahwa Institute for Supply Management (ISM) mencatat data manufaktur Amerika Serikat tercatat 52,7 pada Juli, turun dari 53,5 pada Juni.
Sementara belanja konstruksi Amerika Serikat mencatatkan kenaikan terendah dalam lima bulan terakhir.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan dolar AS tidak akan berlangsung lama menyusul proyeksi angka produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua 2015 turun dari 4,7 persen ke 4,6 persen secara tahunan. "Mata uang rupiah berpeluang kembali tertekan pada hari ," katanya.
Seperti diketahui, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar membuat Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku pusing. Melemahnya nilai tukar rupiah membuat pemerintah mesti bekerja ekstra keras untuk menjaga kestabilan ekonomi. "Saya yang pusing menjaga kondisi ini," ujar Jokowi di pelabuhan peti kemas di Soekarno - Hatta Makassar, Senin, 3 Agustus 2015. (Baca: Depresiasi Rupiah, Ketua DPR Minta Pemerintah Gerak Cepat)
Meski begitu, menurut Jokowi, kondisi saat ini justru membuat sejumlah eksportir untung. "Saya tetap optimis bahwa bahwa kondisi perlemahan rupiah bisa mendapatkan keuntungan terutama buat para eksportir, Senang tidak kalau dolar naik?" kata Jokowi. Pertanyaan yang dilontarkan Jokowi ini, langsung ditanggapi oleh para pengusaha eksportir secara serentak menjawab "Senang".
ANTARA