TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi Pertahanan, Tantowi Yahya mengatakan tak seharusnya landasan udara berada di tengah permukiman. DPR berjanji akan mendesak agar landasan udara yang berada di tengah permukiman dipindah.
Tantowi mengaku heran dengan banyaknya iklan properti yang menawarkan permukiman dekat bandara. "Itu kan aneh, sudah dekat bandara berbahaya, mahal lagi," kata Tantowi saat melakukan diskusi di Warung Daun Jakarta, Sabtu 4 Juli 2015. Padahal, katanya, banyak pihak mengupayakan agar bandara jauh dari permukiman.
Memang harus diakui pemindahan landasan udara bukan perkara kecil, butuh kerjasama antar Kementerian dan Lembaga Negara. "Kami akan menginisiasi agar mereka bisa duduk bareng," kata Tantowi. Diharapkan ada rencana strategis antar lembaga negara menyikapi hal itu.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal Fuad Basya mengatakan institusinya tak mempermasalahkan jika landasan udara militer yang berada di dekat permukiman dipindah. Syaratnya, lapangan udara yang baru harus memiliki sarana yang sesuai dengan kebutuhan TNI.
Kedekatan landasan udara dengan permukiman, kata Fuad, sebenarnya bukan salah TNI. Sebaliknya, TNI selalu membuat landasan udara di luar permukiman. "Kami pasti cari yang jauh dari kota. Justru kota itu tumbuh karena ada lapangan udara," kata Fuad.
Dia mencontohkan di Jakarta, beberapa bandara komersil dulunya adalah landasan udara TNI yang jauh dari permukiman. Di dekat lokasi tersebut umumnya akan dibangun asrama tentara. Dia mengklaim keberadaan asrama tentara itulah yang membuat aktivitas perekonomian masyarakat menggeliat.
Keberadaan landasan udara di tengah permukiman publik kembali dipermasalahkan setelah Pesawat milik TNI Angkatan Udara berjenis C-130 Hercules dengan nomor A-1310 di jatuh Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa, 30 Juni 2015. Pesawat tersebut dipiloti Kapten Sandy Permana. Hercules nahas itu lepas landas dari Pangkalan Udara Suwondo, Medan, pukul 11.48 WIB.
Tak cuma sekali, Sepuluh tahun sebelumnya, tepatnya pada Senin, 5 September 2005, sebuah pesawat Boeing 737-200 milik Mandala Airlines juga jatuh di tempat yang sama. Pesawat itu jatuh pada posisi 500 meter dari landas pacu Bandara Polonia. Sedikitnya 101 penumpang, termasuk lima kru, tewas. Jumlah itu belum termasuk 40 warga Medan yang menjadi korban.