Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pelaku Industri, Desak Realisasi Penyelamatan Ekonomi  

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Pengunjung menghadiri pameran niaga industri farmasi
Pengunjung menghadiri pameran niaga industri farmasi "Convention on Pharmaceutical Ingredients Southeast Asia yang diselanggarakan di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (20/3). Pameran yang terselanggara untuk kedua kalinya di Indonesia ini berlangsung pada 20-22 Maret 2013. TEMPO/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Kalangan pengusaha Jawa Timur mendesak pemerintah provinsi segera merealisasikan strategi penyelamatan industri di tengah pelemahan ekonomi, khususnya bagi sektor-sektor prospektif dengan dependensi bahan baku impor yang tinggi.

Salah satunya adalah industri farmasi Jatim, yang selama paruh pertama 2015 hanya mampu tumbuh 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal, 90% bahan baku produksi sektor tersebut masih didatangkan dari luar negeri.


Ketua Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia DPP Jatim Paulus Lusida mengungkapkan sebagian besar bahan baku industri farmasi masih diimpor dari Cina dengan presentase 60%. Sementara itu, 30% dan 10% masing-masing dibeli dari India dan Eropa.

“Karena tingginya ketergantungan bahan baku impor itulah, para produsen produk farmasi terpaksa melakukan penyesuaian harga hingga 10%. Apalagi, nilai tukar dolar tengah menguat,” jelasnya.

Bagaimanapun, dia menilai peluang industri farmasi di Jatim tahun ini masih terbuka seiring dengan adanya mandatori keanggotaan BPJS Kesehatan bagi pegawai swasta dan PNS. Regulasi tersebut, menurutnya, berdampak langsung pada perluasan pasar produk farmasi.

Selain itu, produk obat-obatan generik masih mendominasi 80% pangsa pasar Indonesia. Bahkan, obat generik buatan industri farmasi RI telah menguasai pangsa pasar ekspor global sebesar 10%.

Dengan pertimbangan tersebut, para pelaku industri farmasi berani menargetkan pertumbuhan omzet senilai Rp65 triliun tahun ini. “Namun, masalahnya kami harus mengembangkan bahan baku lokal agar komponen impornya tidak membengkak.”

Selain farmasi, industri prospektif lain yang tengah lesu akibat tingginya ketergantungan impor adalah kulit dan produk dari kulit. Padahal, sektor tersebut memberi sumbangsih cukup besar terhadap ekspor nonmigas Jatim.

Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim Isdarmawan Asrikan mengungkapkan mahalnya bahan baku asing dan tidak mencukupinya stok bahan baku lokal menyebabkan banyak pengrajin produk kulit di provinsi tersebut gulung tikar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Saya sudah cek di sentra industri kulit Tanggulangin , yang pernah jaya dan menjadi salah satu ikon Jatim. Di sana keadaannya sekarang banyak berubah dan sudah banyak yang tutup. Sebagian besar sekarang malah menjual tas buatan Cina,” tuturnya, Selasa, 30 Juni 2015.

Salah satu langkah yang ditempuh pelaku usaha untuk bertahan adalah melakukan relokasi ke kawasan-kawasan dengan upah tenaga kerja yang lebih murah. Hal itu adalah strategi untuk menambal sulam biaya produksi yang mahal akibat bahan baku impor.

Isdarmawan menilai lini industri di Jatim yang masih berpeluang tumbuh positif tahun ini adalah sektor-sektor yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari dalam negeri, yaitu perhiasan dan permata, ikan dan udang, tembaga, furnitur, dan kerajinan tangan.

“Bahan baku substitusi dari dalam negeri harus diprioritaskan oleh pemerintah,” tegas Isdarmawan. Dia melanjutkan industri perkebunan juga tengah terancam krisis akibat jatuhnya harga komoditas. Padahal, Jatim adalah salah satu sentra perkebunan nusantara.

Oleh karena itu dia mendesak pemerintah pusat dan provinsi harus berdialog dengan para pelaku industri pengolahan dan perkebunan untuk mencari solusi bersama.

Berdasarkan laporan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, industri di Jatim tengah mengalami kontraksi khususnya untuk industri pengolahan. Kontraksi terutama terjadi pada industri kendaraan bermotor (-12,2%), kulit (-7,5%), dan farmasi (-5,5%).

Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim Soekowardojo sebelumnya menjelaskan kontraksi tersebut dipengaruhi kebijakan administered domestik dan kondisi global.

Adapun, perlambatan pada sektor pertanian terjadi utamanya pada subsektor tanaman pangan. “Ini dipicu pergeseran musim tanam akibat mundurnya musim hujan.” 

BISNIS
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kembangkan Industtri Farmasi demi Harga Obat yang Terjangkau

14 Maret 2023

Seabrek persoalan lama menyebabkan harga obat di Indonesia tinggi. Pemerintah diminta mengembangkan industri farmasi.
Kembangkan Industtri Farmasi demi Harga Obat yang Terjangkau

Pemerintah diminta mengembangkan industri farmasi untuk menurunkan harga obat.


Potensi Kampus dalam Kembangkan Industri Farmasi

13 Maret 2023

Mahasiswa ini Hasilkan Jutaan Rupiah dari CacingDalam industri farmasi cacing banyak digunakan sebagai bahan obat dan bahan kosmetik. Bahkan permintaan akan cacing tanah terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam jumlah besar. Namun, ketersediaan cacing tanah masih terbatas dengan harga relatif mahal karena belum banyak yang melakukan budidaya.(Komunika Online)
Potensi Kampus dalam Kembangkan Industri Farmasi

Pihak akademisi selalu membutuhkan masukan dari industri farmasi mengenai hal-hal apa saja yang perlu dikembangkan demi kepentingan masyarakat.


JKN Buka Peluang Terciptanya Kedaulatan Industri Farmasi

5 Maret 2023

JKN Buka Peluang Terciptanya Kedaulatan Industri Farmasi

Kemandirian industri farmasi kesehatan dapat dicapai dengan cara penguatan manufaktur farmasi dalam negeri, revitalisasi penyediaan bahan baku obat serta riset dan pengembangan inovasi farmasi dalam negeri.


Berikut Pendidikan yang Harus Ditempuh untuk Menjadi Apoteker

13 Februari 2023

Karya tim mahasiswi Sekolah Farmasi ITB menjadi juara pertama Herbal Cosmetic Competition 2021. Tim beranggotakan (ki-ka) Rahmaditha Maharani, Shafanisa Fadhila Andika, dan Chelzsya Athaayaa Nurman. (Dok.ITB)
Berikut Pendidikan yang Harus Ditempuh untuk Menjadi Apoteker

PP No. 51 tahun 2009 mendefenisikan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.


13 Februari Sebagai Hari Persatuan Farmasi Indonesia, Simak Sejarahnya

13 Februari 2023

Apoteker menghaluskan obat tablet memakai food processor untuk pasien yang berobat di Puskesmas Garuda, Bandung, Senin, 31 Oktober 2022. Dari 81 Puskesmas di Kota Bandung, 62 di antaranya telah memiliki apoteker. TEMPO/Prima Mulia
13 Februari Sebagai Hari Persatuan Farmasi Indonesia, Simak Sejarahnya

Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) didirikan di Yogyakarta pada 13 Februari 1946 oleh Zainal Abidin yang kemudian diangkat sebagai Ketua PAFI.


Menperin: Industri Farmasi Kuasai Pasar Domestik, Tapi 90 Persen Bahan Bakunya Masih Impor

7 Desember 2022

Ilustrasi pembuatan obat di pabrik. Shutterstock
Menperin: Industri Farmasi Kuasai Pasar Domestik, Tapi 90 Persen Bahan Bakunya Masih Impor

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan saat ini industri farmasi nasional telah menguasai pasar obat sekitar 89 persen.


Industri Farmasi Mengaku Terpukul Selama Obat Sirup Ditarik dari Peredaran

3 Desember 2022

Apoteker memeriksa stok obat sirop yang terindikasi mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) diatas ambang batas, untuk ditarik dan dikembalikan kepada distributor di Apotek Samudra Farma, Purwokerto, Banyumas, Jateng, Jumat 21 Oktober 2022. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Banyumas menghentikan penjualan semua produk obat sirop setelah mendapat instruksi dari Kemenkes dan mengembalikan lima produk yang sudah terindikasi berbahaya sesuai temuan BPOM kepada distributor.ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
Industri Farmasi Mengaku Terpukul Selama Obat Sirup Ditarik dari Peredaran

Sebelumnya, obat sirup dilarang beredar karena mengandung etilen glikol dan dietilen glikol yang tidak sesuai batas yang diatur BPOM.


BPOM Umumkan 172 Obat Sirup Bisa Diedarkan Kembali, Cek Daftarnya

2 Desember 2022

Ketua BPOM RI Penny Lukito mengumumkan sirup obat merk Flurin dan Unibebi mengandung zat pelarut Propylene Glikol (PG) dan Etylen Glikol (EG) di ambang batas di PT Yarindo Farmatama, Serang Banten, Senin 31 Oktober 2022. Tempo/Joniansyah Hardjono
BPOM Umumkan 172 Obat Sirup Bisa Diedarkan Kembali, Cek Daftarnya

BPOM menyatakan 172 produk obat sirup dari 22 industri farmasi telah memenuhi ketentuan, sehingga dapat kembali diedarkan.


BPOM Ungkap Alasan Perusahaan Farmasi Jadi Tersangka Kasus Gagal Ginjal Akut

24 November 2022

Ketua BPOM RI Penny Lukito mengumumkan sirup obat merk Flurin dan Unibebi mengandung zat pelarut Propylene Glikol (PG) dan Etylen Glikol (EG) di ambang batas di PT Yarindo Farmatama, Serang Banten, Senin 31 Oktober 2022. Tempo/Joniansyah Hardjono
BPOM Ungkap Alasan Perusahaan Farmasi Jadi Tersangka Kasus Gagal Ginjal Akut

Togi menyatakan lima perusahaan tersebut menciptakan larutan obat sebanyak 400 hingga 700 kali di atas ambang batas. Jadi penyebab gagal ginjal akut.


BPOM Ungkap Indikasi Adanya Kejahatan Obat di Industri Farmasi Indonesia

17 November 2022

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito memberi keterangan saat konferensi pers terkait pengawasan obat sirup di kantor BPOM, Jakarta. Minggu, 23 Oktober 2022. Badan POM menyebut ada 23 obat yang aman dari 102 obat yang ditemukan pada sejumlah pasien gagal ginjal. Penny mengatakan tidak seluruh obat sirup ditarik dari peredaran, karena terdapat temuan uji sampling yang tidak tercemar. TEMPO/ Febri Angga Palguna
BPOM Ungkap Indikasi Adanya Kejahatan Obat di Industri Farmasi Indonesia

Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan ada gap atau celah dalam sistem keamanan dan mutu obat dari hulu ke hilir.