TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta berupaya terus memantau harga selama Ramadan agar tidak terjadi gejolak akibat permainan sejumlah pihak.
"Kami tidak ingin ada gejolak harga selama Ramadan karena akan berdampak pada inflasi. Kami ingin inflasi dapat terus terkendali," kata Kepala BI Kanwil V Iskandar Simorangkir di Semarang, Selasa, 23 Juni 2015.
Untuk dapat memantau dan mengendalikan harga setiap saat, belum lama ini BI meluncurkan protokol manajemen lonjakan harga. Sistem tersebut terhubung pada setiap alat komunikasi semua pihak yang bertugas pada pengendalian harga. Di antaranya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah—dari Gubernur hingga Sekretaris Daerah; BI; dan instansi terkait, salah satunya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah.
"Pada gadget tersebut ada daftar komoditas strategis dengan harga yang sedang berlaku di pasaran. Selama harganya wajar, komoditas dan harga tersebut akan bertanda biru," ujarnya.
Tanda pada komoditas akan berwarna merah apabila harga mengalami kenaikan lebih dari 10 persen dan berlangsung selama tiga hari berturut- turut. Jika kondisinya demikian, pihak-pihak terkait harus segera melakukan rapat.
"Kami menyebutnya call meeting, jadi rapat koordinasi dapat dilakukan segera tanpa harus bertemu," tuturnya. Menurut dia, salah satu upaya yang dapat segera dilakukan adalah melakukan operasi pasar untuk komoditas yang mengalami kenaikan harga lebih dari 10 persen tersebut.
Secara umum, masyarakat juga dapat memantau harga komoditas strategis melalui layanan Sihati, atau sistem informasi harga dan produksi komoditas, yang sudah sejak tahun 2013 diluncurkan BI.
Sihati merupakan media informasi yang terintegrasi dan dapat diakses secara luas. Ditujukan untuk memberikan informasi yang valid dan akurat terkait dengan harga dan produksi komoditas kelompok bahan makanan di suatu wilayah.
ANTARA