TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memproyeksikan inflasi nasional pada Juni 2015 sekitar 0,44 persen. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, berdasarkan survei inflasi yang dilakukan bank sentral pada pekan kedua Juni ini, inflasi pada Ramadan atau Juni mencapai 0,44 persen.
"Secara umum inflasi pada minggu kedua Juni, menurut hasil survei kami, 0,44 persen. Itu termasuk tinggi. Kami lihat tekanan itu khususnya muncul kalau panen sudah lewat tapi beberapa komoditas, seperti bawang merah, daging ayam, dan telur ayam, memberi tekanan inflasi. Ini selaras dengan kondisi saat Ramadan," ujarnya di Jakarta, Rabu, 17 Juni 2015.
Menurut dia, inflasi pada Juli akan terjadi karena tekanan pada bahan makanan bergejolak atau volatility food yang menjadi penyumbang terbesar inflasi.
"Inflasi menjelang Ramadan dan saat Lebaran nanti ada risiko volatility food. Komoditasnya sederhana, tapi kalau naiknya besar akan berpengaruh terhadap inflasi," ucapnya.
Bank sentral akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan tim pengendali inflasi daerah untuk menjaga ketersediaan pangan dan distribusi yang lancar, sehingga tidak dimainkan spekulan.
"Saya ingin ada koordinasi untuk menjaga ketersediaan pangan, distribusi yang lancar, dan harga tidak dimainkan spekulan. Juga agar terus ada komunikasi neraca masing-masing pangan. Kalau surplus, ceritakan ke publik. Kalau defisit, harus disikapi," tutur Agus.
Badan Pusat Statistik mencatat ada peningkatan inflasi 0,50 persen pada Mei 2015 dibanding bulan sebelumnya. Adapun inflasi secara year on year 7,15 persen.
BISNIS | SR