TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat inflasi pada Mei 2015 sebesar 0,5 persen atau tertinggi dalam tujuh tahun terakhir pada bulan yang sama yang dipicu kenaikan harga bahan makanan.
"Inflasi Mei tinggi terakhir kali pada 2008, yaitu 1,41 persen. Kontribusi inflasi Mei tahun ini berasal dari kelompok bahan makanan, tapi harga beras masih menyumbang deflasi," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Senin, 1 Juni 2015.
Dengan inflasi Mei sebesar 0,5 persen, inflasi tahun kalender Januari-Juni 2015 mencapai 0,42 persen dan laju inflasi secara tahunan atau year-on-year (YoY) 7,15 persen. Sedangkan inflasi komponen inti 0,23 persen dan inflasi inti secara tahunan 5,04 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi Mei antara laim cabai merah, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, ikan segar, tarif listrik, tomat sayur, cabai rawit, sawi hijau, dan cabai hijau.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok bahan makanan menyumbang inflasi tinggi pada Mei, yaitu sebesar 1,39 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,5 persen serta kelompok kesehatan 0,34 persen.
Selain itu, kelompok sandang menyumbang inflasi 0,23 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing 0,2 persen. Adapun kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga menyumbang inflasi 0,06 persen.
Dari 82 kota indeks harga konsumen (IHK), 81 kota mengalami inflasi dan hanya satu kota yang tercatat deflasi. Inflasi tertinggi di Palu sebesar 2,24 persen dan terendah di Singkawang 0,03 persen. Sedangkan deflasi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 0,61 persen.
"Dari 82 kota ini, sebanyak 45 kota inflasinya di bawah 0,5 persen, bahkan 17 kota inflasinya di bawah 0,3 persen. Hanya 28 kota yang inflasinya antara 0,5 persen dan 1 persen. Ini artinya pengendalian inflasi di 82 kota sudah cukup bagus," tutur Suryamin.
ANTARA