TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bank Mandiri, Leo Putra Rinaldy, menilai bahwa belanja pemerintah yang rendah menjadi salah satu penyebab pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia mengalami tren perlambatan.
"Realisasi penerimaan pajak dan belanja pemerintah yang rendah menjadi faktor yang menurunkan pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal I 2011, PDB Indonesia berada di level 6,5 persen, secara tahunan pada tahun yang sama sebesar 6,17 persen. Sementara itu, PDB Indonesia pada kuartal I tahun ini sebesar 4,71 persen," kata Leo Putra Rinaldy dalam pemaparan Outlook Economic 2015 di Jakarta, Kamis, 28 Mei 2015.
Ia menambahkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik itu berimbas terhadap hampir semua sektor. Hanya empat sektor yang mengalami peningkatan. Sektor pertambangan tercatat mengalami pelemahan paling dalam karena harga-harga komoditas terus menurun.
Leo menerangkan, kinerja sektor pertambangan pada 2014 sebesar 0,6 persen ketika PDB Indonesia berada di level 5,02 persen. Sedangkan pada kuartal I tahun 2015 ini kinerja sektor pertambangan minus 2,3 persen dan PDB Indonesia 4,71 persen.
Sementara itu, Head of Equity PT Mandiri Sekuritas John Rahmat mengatakan menurunnya ekonomi Indonesia mempengaruhi kinerja industri pasar modal domestik. Pada tahun ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi bergerak mendatar sampai akhir tahun.
"Jika kinerja IHSG BEI dibandingkan dengan kinerja pada 2014u, ada potensi mendatar, bahkan bisa minus menyusul proyeksi perekonomian dalam negeri yang diperkirakan tidak terlalu baik," katanya.
Apalagi, John melanjutkan, pertumbuhan perolehan laba emiten juga diproyeksikan masih tertahan. Situasi itu akan menjadi kurang menarik bagi investor saham. Pada kuartal I 2015, beberapa emiten besar memang membukukan kinerja kurang baik.
Ia menambahkan, isu perombakan atau reshuffle kabinet akan mempengaruhi kinerja IHSG. Isu itu dapat menentukan arah perekonomian Indonesia ke depannya.
Selain dipengaruhi faktor domestik, ucap John, kinerja IHSG BEI akan dipengaruhi oleh sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate).
"Setiap terjadi gelombang kenaikan Fed Fund Rate, dampak negatif ke pasar modal cukup besar," tuturnya.
ANTARA