TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kepolisian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertanian menyampaikan hasil penelitian sampel beras diduga palsu. Laboratorium tak menemukan kandungan bahan plastik pada sampel yang ada.
"Beras plastik itu cuma ada di media sosial, titik. Tidak ada beras plastik," kata Kepala BPOM Roy Alexander Sparringa seusai mengunjungi Pasar Induk Beras Cipinang pada Rabu, 27 Mei 2015. Ia mengatakan kini masyarakat bisa bernapas lega karena beras plastik tak beredar di pasar-pasar Jabodetabek. Hasil penelitian laboratorium Kementerian Pertanian, yang mengambil sampel dari 25 pasar, semuanya negatif.
Baca Juga:
Selain itu, BPOM sudah melaporkan hasil ini ke International Food Safety Authorities Network (INFOSAN) yang berada di bawah World Health Organization (WHO). Dari situ, Roy mengungkapkan selama ini tak ada kasus beras plastik di mana pun. "Tak pernah ada yang melapor," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati soal konsumsi karena keracunan dapat terjadi kapan saja. BPOM menerima laporan keracunan hampir setiap hari. Namun, untuk penyebabnya, harus terlebih dulu diuji di laboratorium.
Kepala Kepolisian Jenderal Badrodin Haiti pun membenarkan hal ini. Menurut dia, keracunan bisa saja terjadi karena mengkonsumsi makanan lain. Misalnya sayuran, lauk, atau bumbu yang digunakan. Namun pada kasus beras diduga plastik di Bekasi mungkin memang ada kejanggalan pada warna beras yang bening, sehingga menimbulkan kecurigaan. "Tapi tetap saja harus diuji lab dulu baru diambil kesimpulan," tuturnya.
Isu ini berawal ketika seorang penjual bubur dan nasi uduk di Bekasi mengunggah foto hasil masakannya ke media sosial. Ia menunjukkan beras yang sudah dimasaknya selama dua jam tak kunjung menjadi bubur. Selain itu, ia menyampaikan efek samping setelah memakan hasil masakan beras tersebut, yakni muntah-muntah, mual, dan mencret.
URSULA FLORENE SONIA