TEMPO.CO, Jakarta - Berlanjutnya laju penguatan dolar membuat nilai tukar rupiah terus tertekan. Rabu, 27 Mei 2015, pukul 12.30 tadi, rupiah kembali melorot 15 poin (0,11 persen) ke level 13.235 per dolar.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan rupiah masih terus terbebani arus penguatan dolar di pasar global. Pasalnya, angka ekspektasi konsumen AS (consumer confidence) yang dilaporkan meningkat tajam ke level 95,4 kian menguatkan spekulasi rencana kenaikan suku bunga The Fed dalam pertemuan berikutnya (FOMC Meeting). “Dollar index melanjutkan penguatan setelah rilis consumer confidence index,” katanya.
Minimnya berita positif di dalam negeri juga mendorong laju pelemahan rupiah. Apalagi setelah hasil lelang surat utang negara (SUN) kemarin menunjukkan rendahnya penyerapan dana yang dilakukan pemerintah. Lantaran tingginya permintaan yield, dari target indikatif sebesar Rp 10 triliun, pemerintah akhirnya hanya menyerap dana investasi sebanyak Rp 7,2 triliun. “Hal tersebut menunjukkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi dan fiskal Indonesia,” ucapnya.
Beberapa hari terakhir, setelah Gubernur The Fed Janet Yellen menyatakan terbukanya peluang kenaikan suku bunga pada Juni, laju dolar di pasar global memang terus menguat. Ucapan Yellen yang menyebut keengganan menaikkan suku bunga hanya akan berakibat kinerja perekonomian yang terlalu panas (overheating economy) memicu keyakinan investor bahwa kenaikan Fed’s Rate pada tahun ini memang sulit dihindari.
MEGEL