TEMPO.CO, Jakarta - Beredarnya beras plastik di pasar tradisional membuat sebagian warga memilih membeli beras di pasar modern. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Ngadiran mengatakan fakta ini harus diwaspadai.
"Kami bukan menuduh, tapi lebih waspada. Makanya ini pengalihan isu apa atau mengalihkan manisnya pasar tradisional saya juga tidak tahu. Kami tidak boleh menuduh, tapi faktanya ada konsumen yang beralih ke pasar modern," kata Ngadiran seusai talk show bertema "Kejahatan Beras Sintetis", Sabtu, 23 Mei 2015, di Cikini, Jakarta.
Baca Juga:
Dia mengatakan selama ini citra buruk kerap menimpa pasar tradisional. "Sekarang lihat saja, daging celeng kena pasar tradisional, formalin, boraks, ada di pasar tradisional. Kok di pasar yang lain tidak disebutkan? Apa di pasar modern tidak ada? Pertanyaannya, di sana ambilnya dari mana? Dari pasar tradisional juga sebagian," kata Ngadiran.
Menurut Ngadiran, pemerintah harus mengambil langkah cepat untuk mengatasi beredarnya beras plastik. Bila tidak, pedagang di pasar tradisional semakin terpojok. Setelah beredarnya beras plastik, dia mengatakan, terjadi penurunan omzet pedagang beras 20-30 persen.
"Pemerintah segera ambil keputusan, ya atau tidak. Bagaimana mengatasinya, jangan tertunda-tunda. Kalau tertunda-tunda, makin lama sakitnya," katanya.
Dia menambahkan, tidak ada isu saja pembeli sudah banyak yang beralih dari pasar tradisional, apalagi ada isu. Jika masalah ini tidak segera diatasi, dia khawatir konsumen pasar tradisional semakin berkurang.
"Sekarang begini, ada isu ini, bikin masyarakat beli beras di swalayan, tapi kan bisa lirik-lirik barang lain, lama-lama beli barang yang lain di sana juga," katanya.
AMIRULLAH