TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia, Ngadiran, mengatakan isu beras palsu membuat masyarakat meninggalkan pasar tradisional. Akibat isu beras plastik, kata dia, omzet pedagang beras di pasar turun hingga 30 persen.
"Konsumen pasar tradisional semakin tergerus," kata Ngadiran dalam talk show di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 23 Mei 2015. Ngadiran pun meminta pemerintah mengatasi isu ini agar para pedagang di pasar tradisional tidak menjadi korban.
Baca Juga:
Sedangkan pakar kimia dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Haryono, ragu jika ada yang mengedarkan beras plastik di tingkat eceran dengan harga pasaran saat ini. Sebab, proses pembuatan beras tersebut tidak mudah dan membutuhkan investasi besar dengan skala industri. Sebagai perbandingan, kata dia, alat pembuat plastik yang dipakai di laboratorium memakan dana Rp 4 miliar. "Ditambah ada bahan baku yang perlu diimpor dan alat lainnya," kata Agus kepada Tempo.
Meski begitu, Direktur Perencanaan Perum Bulog, Fadzri Sentosa, mengatakan tetap mengecek 1.500 gudangnya di Indonesia untuk mengantisipasi merembesnya beras plastik. Bulog juga memperketat masuknya stok, dari penerimaan hingga proses penggudangan. "Kami juga melibatkan aparat pemerintah daerah, yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan," ucapnya.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, Yusni Emilia Harahap, juga mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, polisi, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk menangkal beras plastik. “Nanti akan ada publikasi hasil pengujiannya," kata Yusni.
AYU PRIMA SANDI | ADITYA BUDIMAN | AMIRULLAH