TEMPO.CO , Jakarta: Pemerintahan Jokowi harus belajar dari kegagalan pemerintahan sebelumnya yang mencoba membangun sentra pertanian skala raksasa. "Realisasi pembangunan Merauke jadi sentra produksi pertanian nol," kata pengamat pertanian, Khudori, kepada Tempo, Kamis, 14 Mei 2015.
Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membangun sentra produksi pertanian di Merauke, Papua. Pemerintah berencana menjadikan Merauke sebagai sentra lumbung beras nasional.
Namun, mega proyek itu gagal. Menurut Khudori, penyebabnya tidak ditemukannya titik temu antara pemerintah dan swasta "Pemerintah dan swasta tidak tahu kewajiban masing-masing. Jadi pemerintahan Jokowi harus belajar dari situ," kata Khudori.
Dalam kunjungannya ke Papua, Presiden Joko Widodo meninjau lokasi seluas 4.6 juta hektar di Merauke. Dengan potensi tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini ingin Merauke menjadi lumbung beras nasional dan internasional.
Jokowi memutuskan untuk membagi investasi sawah tersebut 30 persen untuk swasta, sementara 70 persen lainnya dikerjakan Badan Usaha Milik Negara. Untuk proses pengolahan lahan, Jokowi ingin dikerjakan secara mekanisasi.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Hasil Sembiring, optimistis program Merauke menjadi lumbung beras nasional dalam tiga tahun bisa tercapai. "Kalau cukup modal saya kira bisa. Teman-teman swasta harusnya berani menanam modal karena potensinya yang luar biasa," katanya, Kamis, 14 Mei 2015.
Hasil menjelaskan, pihak swasta yang sudah mengolah sebagian besar lahan di Merauke adalah Medco Group, milik pengusaha Arifin Panigoro. Grup tersebut sudah menanam padi di lahan seluas 300 hektar. "Hasilnya bagus," kata dia.
Namun Khudori meragukan klaim itu. Menurutnya, rencana pemerintah berpotensi menimbulkan konflik sosial. Musababnya, 30 persen pengolahan lahan diserahkan kepada swasta. Ada kemungkinan, lanjutnya, warga sekitar Merauke hanya menjadi buruh. "Ini potensial sumber konflik," ucap Khudori.
Pemerintahan Jokowi juga harus belajar dari kegagalan mega proyek lahan gambut satu juta hektar untuk pertanian yang dilakukan Presiden Soeharto. Ratusan ribu hektar hutan alam ditebang dan dicuri kayunya untuk proyek ambisius di Kalimantan Tengah itu.
Kemudian mereka membuat jaringan kanal sepanjang ratusan kilometer untuk mengeringkan lahan gambut agar bisa ditanami padi. Pada prakteknya, proyek itu gagal dan menyebabkan bencana ekologis. El Nino yang terjadi tahun 1997 membuat terjadinya kebakaran hebat di lahan mega proyek itu.
SINGGIH SOARES