TEMPO.CO, Subang - Harga jual gabah kering panen musim panen rendeng di sentra padi Pantai Utara Jawa di Subang, Jawa Barat, memasuki pekan kedua Mei 2015 masih di kisaran Rp 4.500 per kilogram atau lebih tinggi Rp 800 per kilogram jika dibandingkan dengan harga patokan pemerintah yang dibanderol Rp 3.700 per kilogram.
Akibat terjadinya disparitas harga yang cukup signifikan, para petani lebih memilih menjual hasil panennya kepada para tengkulak dan bandar pemilik penggilingan ketimbang ke Bulog.
Suparman, petani di Kecamatan Sukasari, mengatakan, jika gabahnya dijual ke Bulog, niscaya dia tidak kebagian untung besar. "Jadinya dijual ke tengkulak saja," ujarnya, Selasa, 12 Mei 2015.
Keuntungan hasil penjualan gabahnya pada musim panen rendeng tersebut bisa menutup ongkos produksi dan sisa keuntungannya bisa untuk biaya mengolah sawah musim tanam gadu. "Juga untuk biaya sekolah anak-anak," ucapnya.
Suparman menjelaskan, setiap 1 hektare lahan menghasilkan gabah kering panen rata-rata 7 ton. Dengan harga gabah kering giling (GKG) Rp 4.500 per kilogram, dia menghasilkan uang tunai Rp 31,5 juta. Adapun ongkos produksi yang dikeluarkannya untuk musim rendeng Rp 10 juta plus sewa lahan Rp 8 juta. Artinya, Suparman masih memperoleh keuntungan Rp 13,5 juta. Jika penghasilan tersebut dibagi tiga bulan--tenggang waktu menunggu panen musim gadu--berarti penghasilan Suparman per bulan sebesar Rp 4,5 juta.
Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan Kabupaten Subang Haji Ottong menuturkan soal petani lebih memilih tengkulak atau bandar sebagai tempat menjual gabahnya tak jadi masalah. "Sudah menjadi hukum pasar jika petani memilih menjual gabahnya kepada tengkulak daripada ke Bulog. Kan, harganya lebih mahal," katanya.
Menurut Ottong, berdasarkan harga pembelian pemerintah (HPP) tahun 2015, harga gabah kering petani (GKP) Rp 3.700 per kilogram, GKG Rp 4.600 per kg, dan beras Rp 7.300 per kg. "Ini terlalu murah, dan Bulog kalah bersaing dengan tengkulak," ucapnya.
Kepala Bulog Subdivre Subang Dedi Supriyadi menegaskan bahwa pihaknya tak khawatir harus bersaing keras dengan para tengkulak dan bandar di lapangan untuk mendapatkan gabah berkualitas di tingkat petani dengan harga miring. "Buktinya, sekarang kami sudah bisa menyerap 12.500 ton beras," ujar Dedi.
Penyerapan beras Bulog dari tingkat petani per hari rata-rata 600 ton. Dia mengaku optimistis target penyerapan 40 ribu ton beras pada 2015 akan tercapai.
NANANG SUTISNA