TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2015 menyebabkan naiknya angka pengangguran.
Kenaikan angka pengangguran itu sudah ditunjukkan dari rilis Badan Pusat Statistik di mana tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,81 persen pada Februari 2015.
"Karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya terjadi di sektor yang tak bernilai tambah dan menyerap banyak tenaga kerja," kata Enny saat dihubungi, Kamis, 7 Mei 2015.
Pada Selasa lalu, BPS merilis tingkat pengangguran terbuka Indonesia pada Februari 2015 mencapai 5,81 persen karena angkatan kerja pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta sementara yang bekerja cuma 120,8 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka itu naik 0,11 persen dibanding Februari 2014 di mana penduduk yang bekerja mencapai 118,1 juta orang sementara angkatan kerjanya cuma 125,3 juta orang.
Menurut Enny, sektor informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, jasa perusahaan, dan sektor jasa lainnya yang tumbuh di atas 5 persen pada kuartal I 2015 merupakan sektor yang sedikit menyerap tenaga kerja. Sementara sektor yang banyak menyerap tenaga kerja seperti industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 3,87 persen.
"Kondisi ini akan berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat. Askes pekerjaan terbatas, daya beli turun, akhirnya menimbulkan defisit neraca perdagangan," kata Enny.
Untuk menekan makin tingginya angka pengangguran, kata Enny, pemerintah harus fokus menumbuhkan industri riil yang memproduksi barang. Kalau pun tak bisa memenuhi target sebagai produsen barang ekspor, minimal untuk memasok kebutuhan dalam negeri agar keperluan masyarakat tak tergantung impor.
Pada Selasa lalu, BPS merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2015 sebesar 4,71 persen. Pertumbuhan itu melambat 0,43 persen dibanding pertumbuhan pada kuartal pertama tahun lalu.
KHAIRUL ANAM