TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia tidak antilembaga keuangan internasional dan meminta mereka berperan lebih besar dalam membantu negara-negara yang sedang "sakit" dan miskin.
"Perlu sebuah tatanan keuangan global yang baik yang juga memperhatikan negara-negara miskin dan sakit," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum keberangkatannya ke Malaysia untuk menghadiri KTT ASEAN ke-26 di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu, 26 April 2015.
Menurut dia, negara-negara yang sakit dan miskin perlu diberi suntikan agar dapat sehat. "Tapi jangan yang memberatkan, yang memberi rangsangan untuk pertumbuhan ekonomi," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyatakan Indonesia tidak antilembaga keuangan internasional, seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Bank Pembangunan Asia (ADB). "Siapa bilang kita anti, kan kita masih pinjam ke sana," ujarnya.
Sebelumnya, dalam peringatan 60 tahun KAA, Jokowi menyampaikan pandangannya mengenai keberadaan lembaga keuangan internasional IMF, Bank Dunia, dan ADB.
Negara-negara di dunia tidak bisa bergantung pada lembaga keuangan internasional tersebut.
"Saya berpendirian, pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan pada tiga lembaga keuangan itu. Kita mendesak reformasi arsitektur keuangan global," tutur Jokowi.
ANTARA