TEMPO.CO, Jakarta -Rencana Otoritas Jasa Keuangan melonggarkan ketentuan batas minimal pinjaman atau loan to value (LTV) pada kredit pemilikan rumah disambut positif PT Ciputra Development Tbk. Juru bicara Ciputra Tulus Santoso mengatakan kelonggaran LTV akan meningkatkan kemampuan membeli konsumen. "Ini berita baik," kata Tulus di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 22 April 2015.
Tulus menjelaskan ketika pemerintah menaikkan LTV pada 2012 terjadi penurunan penjualan sebesar 30 persen. Ia berharap dengan adanya kelonggaran ini bisa mendongkrak angka penjualan di kisaran 15 persen. Namun menurut dia, hal itu akan tergantung kepada berapa besar angka LTV yang ditetapkan oleh regulator nanti. "Kami juga ingin perbankan ikut agresif membantu membiayai KPR," ucapnya.
Sebelumnya, Ketua OJK Muliaman Hadad ingin membuat kelonggaran LTV yang saat ini berlaku di posisi 20-30 persen. Penerapan LTV mulai dijalankan pada 2012 dan bertujuan untuk mencegah peningkatan risiko kredit akibat pertumbuhan yang signifikan di sektor properti.
Loan to value adalah rasio antar nilai kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan. Kebijakan ini mengatur besaran batas uang muka pembayaran kredit kepemilikan rumah atau apartemen kepada konsumen.
Kendati ada angin segar dari kelonggaran LTV, namun langkah pemerintah yang menaikkan pajak pertambahan nilai barang mewah akan ikut mempengaruhi penjualan. "Saya belum tahu di level mana yang akan kena dampaknya," kata Tulus. Namun, lanjutnya, karena PPnBM dikenakan langsung ke konsumen maka akan memberi pengaruh yang cukup besar.
Kinerja Ciputra sendiri sepanjang 2014 membukukan pendapatan sebesar Rp 6,34 triliun atau naik 13 persen dibandingkan 2013 yang tercatat Rp5,08 triliun. Sedangkan untuk laba bersih naik 35,5 persen menjadi Rp 1,32 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 977 miliar.
"Di tahun 2015 kami menargetkan laba bersih bisa mencapai Rp 1,72 triliun," ucap Tulus. Sedangkan untuk pendapatan, Ciputra mengincar Rp8,25 triliun atau naik 30 persen dari 2014.
Sementara untuk marketing sales terjadi penurunan dari Rp8,94 triliun di 2013 menjadi Rp8,63 triliun pada 2014. Menurut Tulus, penurunan ini terjadi karena faktor eksternal seperti, kondisi ekonomi Indonesia, tingkat bunga yang naik, dan melemahnya kurs rupiah. Meski demikian Ciputra optimistis menargetkan marketing sales tumbuh sebesar 27 persen menjadi Rp10,96 triliun.
Strategi yang akan dilakukan oleh Ciputra, kata Tulus, adalah dengan menambah proyek atau membuka lahan baru. "Setidaknya ada enam proyek baru di berbagai daerah tahun 2015 ini," ucapnya.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama Bank Tabungan Negara Maryono menilai kelonggaran LTV tidak berpengaruh besar. Pasalnya, segmen BTN tidak terpengaruh dengan kebijakan LTV. "Kebijakan yang berlaku saat ini tidak berpengaruh ke BTN karena segmen kami adalah orang yang baru pertama kali mempunyai rumah," ucap Maryono.
ADITYA BUDIMAN