TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) memperkirakan tarif kereta listrik Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta bisa mencapai Rp 100 ribu. Tarif itu naik dari prakiraan awal yang hanya Rp 80 ribu karena ada pembengkakan biaya pembebasan lahan proyek.
"Sekitar itu (Rp 100 ribu)," kata Direktur PT Railink--perusahaan patungan KAI dengan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk mengelola kereta bandara--Heru Kuswanto di Jakarta, Senin, 20 April 2015.
Menurut Heru, dengan menggunakan kereta listrik bandara, waktu tempuh dari Stasiun Manggarai ke Bandara Soekarno-Hatta cuma 56 menit. Seluruh penumpang dijamin mendapat tempat duduk. "Kereta nanti juga akan terkoneksi dengan MRT," kata Heru.
Direktur Keuangan PT KAI Kurniadi Atmosasmito enggan menyebutkan berapa pembengkakan biaya pembebasan lahan buat membangun rel ganda sepanjang 12,3 kilometer dari Stasiun Batuceper, Tangerang, ke Bandara Soekarna-Hatta itu. Namun, dia mengakui, nilai pembengkakannya cukup besar.
“Pokoknya lumayanlah. Nanti lihat saja pengumunan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang,” kata Kurniadi.
Awalnya, menurut Kurniadi, biaya total proyek untuk prasarana dan sarana kereta Bandara Soekarno-Hatta mencapai Rp 2,5 triliun. Kemarin, KAI mendapat pinjaman Rp 1,45 triliun dari empat sindikasi bank yaitu Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BCA untuk membangun prasarana proyek itu. Sementara Railink mendapat pinjaman Rp 612 miliar dari sindikasi bank yang sama untuk pengadaan sarana kereta bandara.
Dengan adanya pinjaman-pinjaman itu, Kurniadi berharap target kereta bandara sudah mulai beroperasi pada akhir 2016.
KHAIRUL ANAM