TEMPO.CO, Semarang - Importir Jawa Tengah mengakui bahwa saat ini kapas asal negara asing menjadi produk yang paling banyak didatangkan untuk memenuhi kebutuhan industri di Jawa Tengah. Kapas yang banyak didatangkan dari Amerika Serikat dan Australia dinilai lebih berkualitas dibanding kapas dalam negeri.
"Lebih putih dan bersih. Produk ini banyak diburu oleh industri garmen di Jawa Tengah," kata Ketua Gabungan Importir Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Tengah Budiatmoko, Rabu, 25 Februari 2015.
Meski tak menyebutkan jumlahnya, kapas yang didatangkan ke Jawa Tengah mencapai 15 persen dan merupakan komoditas tertinggi dibanding tiga produk lain, seperti bijih plastik dan tepung, yang masing-masing 10 dan 7 persen.
"Bijih plastik paling banyak didatangkan dari Timur Tengah, sedangkan tepung dari Amerika," kata Budiatmoko.
Keberadaan kapas dan dua jenis komoditas impor yang banyak didatangkan itu sebagai bukti industri di Jawa Tengah didominasi oleh garmen, plastik, dan makanan olahan. Namun, industri itu masih kalah dengan furnitur atau mebel, yang selama ini masih banyak menggunakan bahan baku dari dalam negeri.
Menurut Budiatmoko, saat ini impor produk asing ke Jawa Tengah masih dominan dibanding dengan ekspor. Ia menyebutkan perbandingan antara impor dan ekpor di Jawa Tengah mencapai 10 hingga 12 persen lebih tinggi dibanding menjual produk ke luar negeri.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui masih lemahnya layanan infrastruktur yang selama ini sebagai salah satu penunjang sirkulasi ekspor-impor. Hal ini ia akui ketika pengiriman dan kehadiran barang asing lebih banyak lewat provinsi lain.
"Jawa Tengah tak bisa menjadi gerbang ekspor-impor. Selama ini ekspor Jawa Tengah justru lewat Surabaya," kata Ganjar.
Ia menyatakan siap memperbaiki pelayanan dengan membangun infrastruktur sebagai penunjang perdagangan dunia itu, seperti memperluas Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, yang ditargetkan selesai pada 2017 mendatang.
Ganjar menyarankan agar importir Jateng tak sembarangan mendatangkan bahan dari luar negeri. Ia berharap impor yang dilakukan hanya khusus barang yang tak ada di Jawa Tengah, "Termasuk perhatikan legalitas barang," katanya.
Saran ini dia sampaikan sebagai upaya melindungi masyarakat lokal terhadap efek pasar dunia. Importir Jateng diminta tak hanya mengejar keuntungan bisnis, tapi mempertimbangkan kepentingan masyarakat.
EDI FAISOL