TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Lion Air Edward Sirat mengakui tidak semua penumpang yang mengalami keterlambatan penerbangan mendapatkan fasilitas menginap di hotel. Sebab, kamar hotel di sekitar Bandara Soekarno-Hatta telah penuh, sehingga sebagian besar penumpang terpaksa menginap di ruang tunggu Bandara.
“Kami kesulitan mencari penginapan di sekitar Bandara, sehingga banyak yang tidak kebagian fasilitas hotel,” kata Edward saat dihubungi Tempo, Jumat, 20 Februari 2015.
Edward mengatakan hingga saat ini masih banyak penumpang yang harus menunggu di Bandara Soekarno-Hatta karena belum adanya kejelasan penerbangan. Namun dia memastikan manajemen akan berusaha agar seluruh persoalan keterlambatan bisa diselesaikan pada hari ini.
“Dampaknya masih ada sampai sekarang. Tadinya kami berharap kemarin malam semua penumpang bisa diberangkatkan, tapi ternyata kondisi tidak memungkinkan. Hari ini diharapkan semuanya bisa selesai,” ujarnya.
Maskapai Lion Air mengalami keterlambatan penerbangan sejak Rabu, 18 Februari 2015, yang berawal dari adanya kerusakan dua pesawat. Akibatnya, para penumpang telantar di Bandara. Ada enam rute penerbangan yang mengalami keterlambatan paling parah, sehingga total penumpang yang terkena dampak mencapai 1.200 orang.
Enam rute itu adalah dua penerbangan Jakarta-Jambi, dua penerbangan Jakarta-Surabaya, dan dua penerbangan Jakarta-Lombok. Penerbangan Jakarta-Jambi dan Jakarta-Lombok baru bisa diterbangkan pada Kamis pagi, 19 Februari 2015; penerbangan Jakarta-Surabaya sudah diterbangkan sejak Rabu malam, 18 Februari 2015; serta Jakarta-Surabaya delay empat jam lebih.
Edward mengatakan pihaknya akan memberikan kompensasi sesuai dengan peraturan untuk para penumpang yang terkena dampak keterlambatan penerbangan. “Kami pastikan terkait dengan kompensasi akan diselesaikan sesuai dengan peraturan. Untuk keterlambatan lebih dari empat jam, kami kembalikan Rp 400 ribu,” kata Edward.
ANGGA SUKMAWIJAYA