TEMPO.CO, Jakarta - Harga beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, dikhawatirkan bisa memicu inflasi. Meski Bulog sudah melakukan operasi pasar, menurut Kepala Riset dan Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, harga beras selama sepuluh hari terakhir, 9-19 Februari 2015, terus melonjak hingga 30 persen.
Perusahaan Umum Bulog, menurut Lana, sebenarnya sudah melakukan operasi pasar sejak 16 Februari, tapi belum efektif menahan naiknya harga beras tersebut.
Lana memperkirakan lonjakan harga beras ini terjadi karena belum meratanya panen di daerah produsen beras di Jawa Tengah dan Jawa Barat. “Kemungkinan juga karena bergesernya musim hujan,” kata Lana dalam ulasan harian ekonomi Samuel Aset Manajemen, Jumat, 20 Februari 2015.
Berdasarkan informasi dari pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, kata Lana, lonjakan harga hingga 30 persen itu baru pertama kali terjadi. Untuk beras paling murah (IR2) naik dari Rp 8.500 menjadi Rp 11.000 per kilogram dan kualitas IR1 dari Rp 9.500 menjadi Rp 12.000 per kilogram. Sedangkan untuk kelas premium dari Rp 10 ribu menjadi Rp 13 ribu per kilogram.
Dari sisi konsumsi, Lana menambahkan, untuk konsumsi di Jakarta biasanya sebesar 3.000 ton per hari. Saat ini beras masuk ke pasar Cipinang hanya sekitar 500 ton per hari. Karena itu, menurut Lana, kemungkinan akan sulit mendapatkan deflasi yang biasanya berpotensi terjadi pada Februari.
GRACE GANDHI