TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan saat ini pihaknya sedang menyoroti salah satu Perusahaan kapal ikan yang kerap melalukan praktik ilegal fishing. "Perusahan di Wanam, Papua, ini sedang kami dalami," ujar Susi saat ditemui di kantornya Selasa, 17 Februari 2015.
Perusahaan tersebut adalah PT Dwikarya Reksa Abadi. Perusahaan ini, kata Susi, memiliki 85 kapal yang masing-masing kapal dapat menangkap 1.000 ton ikan per tahun. Susi menjelaskan jika harga per kilo ikan tongkol US$ 1 per kilogram dikalikan dengan hasil tangkapan sebanyak 85.000 ton, artinya kapal tersebut mampu meraup kocek sebanyak Rp 1 triliun per tahun.
Namun, pendapatan tersebut tidak masuk ke dalam kantong negara baik pemerintah pusat maupun daerah. "Kita dapat apa? Nothing. Mereka hanya bayar Rp 50 ribu-Rp 100 ribu untuk ongkos pengawasan," ujar Susi.
Ketua Tim Satuan Petugas Anti Illegal Fishing Mas Achmad Santosa mengatakan kapal dari perusahaan tersebut memang kerap melakukan pelanggaran. Salah satu kapal milik PT. Dwikarya yaitu Hai Fa berbobot 4 ribu gross ton ditangkap saat merapat di Pelabuhan Wanam, Kabupaten
Merauke, Papua pada Sabtu, 27 Desember 2014. "Kapal ini berlayar tanpa Surat Laik Operasi (SLO)," ujar Achmad yang akrab disapa Ota.
Selain berlayar tanpa SLO, kapal tersebut juga mematikan Vessel monitoring systems (VMS ) dan membawa hiu martil yang dilarang ditangkap karena terncam punah. Saat ini, Tim Satgas tengah mendalami dugaan lain yaitu transhipment atau bongkar muat di laut. "Ada dugaan ke arah situ," ujar Ota.
Dugaan tersebut muncul karena diketahui Pada 2004, kapal itu berbendera Tiongkok. Dua tahun kemudian, Hai Fa berbendera Panama. Dan saat ditangkap, kapal tersebut berbendera Indonesia. Hal ini dilalukan untuk mengecoh petugas pengawas. "Saat ini kapal tersebut masih dalam proses penyidikan oleh satgas, bea cukai, dan Lantamal XI Merauke dan Lantamal IX Ambon," ujar dia.
Adapun, Kapal Hai Fa ini diawaki oleh 23 anak buah kapal berkewarganegaraan Cina membawa muatan 900.702 kilogram ikan. Ikan itu rencananya akan dikirim ke Tiongkok.
DEVY ERNIS