TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Faisal Basri menilai penurunan harga minyak dunia saat ini merupakan momentum yang tepat bagi pemerintah untuk menghilangkan bahan bakar minyak jenis Premium. Dia menuturkan harga crude minyak saat ini sekitar US$ 55,45 per barel. (Bahas Mafia Migas, Faisal Basri Sambangi KPK)
Dengan hitungan MOPS, maka akan menghasilkan harga eceran di luar pajak Rp 7.300, sehingga ada selisih sekitar Rp 800. "Ini momentum bagus bagi pemerintah untuk tidak mensubsidi (Premium lagi)," katanya dalam diskusi energi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 27 Desember 2014. (Faisal Basri: Indonesia Satu-satunya Pengimpor RON 88)
Menurut dia, pemerintah dan masyarakat akan untung dengan menghilangkan bensin jenis Premium. Alasannya, dengan harga yang sama, masyarakat bisa menggunakan bensin yang lebih baik dari Premium. "Rakyat bisa dapat bensin lebih baik dengan harga Rp 8.500 setara Pertamax," katanya. (Pertamax Bakal Disubsidi Rp 500 per Liter)
Dengan menghilangkan Premium, Tim Reformasi menyarankan pemerintah untuk mengalihkan subsidi ke bahan bakar beroktan 92, seperti Pertamax. Faisal sepakat jika subsidi Pertamax tidak diberikan kepada kendaraan dengan pelat hitam, melainkan kepada angkutan transportasi. (Lima Bulan Lagi, Impor Premium Distop)
ALI HIDAYAT
Terpopuler:
Jokowi: Minta Apa pun Saya Beri, Asal Swasembada
Golongan Listrik Ini Tak Disubsidi, Per 1 Januari
Tahun Baru, Penginapan di Telaga Sarangan Penuh
Libur Natal, Penggunaan Listrik Turun Drastis