TEMPO.CO, Jakarta - Harga saham PT Bumi Resources Tbk diperkirakan semakin menurun setelah perusahaan tambang milik keluarga Bakrie itu dinyatakan gagal bayar (default) oleh lembaga pemeringkat Standard and Poors (S&P).
Menurut analis dari LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo, saham berkode BUMI itu sudah dihindari investor sejak dua tahun terakhir. "Harga saham Bumi tidak mampu mewakili kinerja perusahaan tersebut," kata Lucky kepada Tempo, Kamis, 4 Desember 2014. (Baca: Perusahaan Bakrie Diberi Cap 'Gagal Bayar' Utang)
Saham Bumi ditutup di level Rp 81 per lembar pada perdagangan Rabu, 3 Desember 2014, di Bursa Efek Indonesia. Harganya turun 2 poin atau 2,47 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Pada sesi tengah siang ini, harga kembali anjlok ke level Rp 79 per lembar. Sejak dua tahun terakhir, harga saham BUMI terus merosot. Level tertinggi yang pernah dicapai yakni pada 19 Februari 2013, sebesar Rp 1.000 per lembar.
Lucky mengatakan biasanya investor tidak mengapresiasi saham emiten yang sama sekali tidak tampak kinerjanya. Berbeda dengan Bumi, kata dia, yang terlihat kinerjanya namun tetap tidak direspons oleh pasar. Harga saham Bumi pun bakal semakin tertekan, "Seiring dengan harga batu bara yang berada di level rendah," ujar Lucky. (Baca: Utang Bakrie Rp 21,4 triliun dan US$ 5,7 miliar)
Pekan ini, lembaga pemeringkat Standard & Poors (S&P) menurunkan peringkat kredit PT Bumi Resources, lini bisnis utama Grup Bakrie di sektor pertambangan. S&P menurunkan peringkat utang Bumi dari selective default menjadi default alias gagal bayar. (Baca: Bila Grup Bakrie Default, Saham Newmont Bisa Lepas)
Menurut analis dari Kredit S&P, Vishal Kulkarni, kredit korporasi Bumi dinyatakan default karena perusahaan ini dinilai tidak mampu membayar kewajibannya, setidaknya selama enam bulan ke depan. "Kami menduga Bumi akan mengalami general default (gagal bayar secara keseluruhan)," kata dia seperti dikutip dari Reuters, Rabu, 3 Desember 2014.
Penilaian ini didasarkan S&P atas beberapa catatan, salah satunya saat tiga anak usaha Bumi Resources sudah mendapat persetujuan atas restrukturisasi utang dari pengadilan di Singapura. Tiga perusahaan itu yakni Bumi Investment Pte Ltd, Enercoal Resources Pte Ltd, dan Bumi Capital Pte Ltd yang berbasis di Singapura. Perusahaan-perusahaan itu juga dikabarkan sudah meminta perlindungan dari kreditur di Amerika, setelah menanggung utang Rp 3,7 triliun. Selain itu, Bumi gagal membayar bunga dari utang senilai US$ 700 juta. (Baca: Utang Bakrie Rp 21,4 triliun dan US$ 5,7 miliar)
TRI ARTINING PUTRI | FAIZ NASHRILLAH
Berita Terpopuler
Gubernur FPI Ngarep Sumbangan Warga
Gubernur FPI Siap Duel dengan Nikita Mirzani
Cerita Ahok tentang Hantu dan Setan Buta Huruf