TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kurtubi menyatakan, negara dapat menghemat devisa hingga US$ 15 miliar karena turunnya harga minyak mentah dunia hingga US$ 65 per barel. Penghematan ini dipicu oleh turunnya nilai impor dari US$ 45 miliar menjadi US$ 30 per tahun. "Menurunnya harga minyak mentah jelas berpengaruh terhadap nilai impor," ujar Kurtubi melalui sambungan telepon, Ahad, 30 November 2014. (Baca : Harga Minyak Dunia Merosot ke Titik Terendah)
Kurtubi menyatakan, turunnya harga minyak mentah dunia disebabkan oleh enggannya Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) menurunkan produksi minyak. Akibatnya stok minyak melebihi permintaan pasar. (Baca : Fadli Zon Bandingkan Harga BBM RI dengan Malaysia)
Namun penurunan harga, kata Kurtubi, juga berimbas pada turunnya penerimaan migas di Tanah Air. Akibatnya, penerimaan anjlok hingga US$ 8 miliar. "Ditambah lagi produksi minyak negara saat ini menyentuh titik terendah dalam sejarah, yakni di bawah 800 ribu barel per hari," ujar Kurtubi.
Kurtubi memprediksi harga Pertamax akan mengalami penurunan. Namun dia enggan menyebutkan angka pasti. Sebab untuk Pertamax, Indonesia masih memakai harga acuan Singapura (MOPS).
Politikus dari fraksi Partai Nasional Demokrat ini menjelaskan penyesuaian penurunan MOPS di Indonesia membutuhkan waktu hingga dua minggu. "Penyesuaian ini karena waktu pengiriman saja," kata Kurtubi.
Namun Kurtubi memprediksi penurunan harga hanya berlangsung empat bulan. Pasalnya, musim dingin akan melanda di negara-negara eropa pada empat bulan mendatang. Akibatnya permintaan minyak mentah dunia diprediksi akan naik lagi.
ROBBY IRFANY
Berita Terpopuler
Kata Ruhut Soal Saling Sindir Jokowi-SBY
Pollycarpus Bebas, Allan Nairn Beberkan Data TPF
5 Celotehan Fadli Zon yang Menuai Hujatan
Ahok Idolakan Arsenal Karena Warna Kausnya
Ombudsman: Kurikulum 2013 Membebani Guru dan Siswa